Friday, February 20, 2015

"Leutik Ringkang Gede Bugang..." Pribahasa Sunda Sarat Makna


Benar apa yang telah menjadi Falsapah orang tua ditatar Sunda, jika memang para pendahulu kami orang Sunda selalu meninggalkan banyak cerita mulai dari kisah heriostik saat memperjuangkan hidup mulai berjuang sejak mengandung bibit turun temurun, hingga menimbang bobot terlahir menjadi manusia-manusia yang hidup berada dihamparan pulau jawa bagian barat satu hamparan degan Jawa Tengah, Jawa Timur dan DKI Jakarta.

Peninggalan yang cukup membanggakan dari buyut kami para tetua suku Sunda adalah "undak usuk" Basa atau tata bahasa yang mencerminkan tatakrama atau keberpihakan terhadap etika dan sopan santun yang utama yang selalu diwariskannya pada setiap generasi penerusnya.

Menariknya setiap gambaran kata-kata yang dilukiskan para pendahulu kami selalu bemakna dan memberi arahan sarat pesan jika hidup ini penuh serba serbi dan liku-liku lainnya.

Sebagai salah sau bukti dan ungkapan yang patut kita renungi bersama adalah pribahasa yang kerap terlontar dari mulut turun temurun orang sunda, ada istilah kata-kata "leutik Ringkang, Gede Bugang". ini kurang lebih bermakna atau bisa dimaknai dengan garis kata atau kalimat dalam bahasa Indonesia adalah Manusia memiliki steoretif yang lincah dan gesit ketika masih hidup sehingga sulit ditebak dan diterka berada dimana atau asal serta apa saja perbuatannya terkadang sulit dideteksi, tetapi jika sudah tidak bernayawa atau meninggal dunia, maka dengan sangat cepat apapun akan mudah terungkap. Inilah makna yang menjadi pesan keharusan untuk kita senantiasa ingat agar tidak salah melangkah, dan pahami agar tidak keliru mengambil jalan dalam kehidupan ini.

Baru kami tahu dan baru kami sadari, Jika saudara kami Wali Kota Cirebon yang telah berpulang keharibaanya ternyata adalah seorang pria kelahiran Kabupaten Garut, berdarah sunda dan terlahir dengan nama Ano Sutrisno. barangkali saat Almarhum menjabat sebagai Birokrat mulai merangkak sebagai staf dari bawah, hingga menduduki puncak karier sebagai birokrat menjadi Sekda dan akhirnya menjadi Wali Kota, mungkin hanya satu dua saja yang mengetahui jika yang bersangkutan adalah "Asgar", alis Asli Garut.

Memang begituah adaya prestasi yang brilian tidak serta merta dapat mengigatkan eksistensi serta jati diri yang bersangkutan, baru setelah almarhum meninggal kita tersadar bahwa beliau adalah pria berprestasi yang memiliki darah Asgar. Benar adanya jika manusia mah "Leutik Ringkang, Gede Bugang", Selamat jalan Kang Ano maaf kam baru tehenyak dan tersadar bahwa darah Asgar memang pemberani dan pekerja keras dimanapun dan dalam situasi apapun hingga ahirnya berhasil mengukir prestasi...Selamat beristirahat Panjang Kang Ano...
   

0 comments:

Post a Comment