• This is Slide 1 Title

    This is slide 1 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

  • This is Slide 2 Title

    This is slide 2 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

  • This is Slide 3 Title

    This is slide 3 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

Saturday, March 28, 2015

Memimpin Bangsa Ini Tiidak Cukup Dengan Blusukan



Semakin terlihat aslinya, sesungguhnya asalinya adalah seperti yang tidak pernah mempertimbangkan jika tanggungjawab mengelola negara ini adalah berat, sesungguhnya seperti tidak pernah menduga jika mengelola negara ini adalah sebuah beban yang super hebat yang menuntut penanganan serius serta membutuhkan kemampuan intelektual sebagai negarawan yang tangguh dan handal. 

Artinya kemampuan sebagai inteluktual benar-benar dipertaruhkan agar masa kepemimpinnannya mumpuni dan melahirkan kebijakan yang serba pro rakyat dan prodemokrasi bahkan pro sepenuhnya untuk kesejahteraan rakyat. Namun pada kenyataannya kini kebijakan nya malah pru-pro menambah  ketidak berdayaan bagi kaum lemah dan menambah sulit bagi kaum pakir dan menambah gemuk kaum kikir. halaaaah...Dimana atuh kebijakan pro rakyat yang kono kabarnya akan diusung menjadi landasan membangun Indonesia kedepan.    

Gerakan gerakan awal benar-benar telah digunakan untuk kepentingan bagus dipermukaan dan cantik pada tampilan semata, sehingga disimpulkan banayak kalangan masih dalam kerangka pencitraan dan terus pencitraan sementara tidak pernah melihat ada kebijakan yang populer yang cepat dirasaka oleh warganya.

Semua hasil kebijakannya kini mengambang dan mengawang-ngawang, seluruhnya malah menyisakan pertanyaan dan tidak memberikan jawaban atas kepenasaranan warganya yang menanti gebrakan-gebrakan yang tidak hanya berbau sensasi untuk memuaskan hasrat pencitraan semata, melainkan banyak diharapkan memberi solusi. Dan solusi itu bukan yang membebani negara dan rakyatnya, bukan mencabut subsidi ataupun mengalihkannya pada yang belum jelas teruji.

Jualan berbagai macam kartu sakti yang dulu gencar dan nyaring dipanggung-panggung kampanye kini nyaris tak terdengar lagi, bukan karena memang kartunya sudah hilang namun gaungnyapun pelan-pelan makin tidak populer lagi sebab itu tadi belum benar-benar menyentuh jantung rakyat kecil yang berada digaris paling dasar starta sosial warga bangsa ini.

Ampun bukan bermaksud berisik kemudian berfikir yang tidak jelas tentang konsep kepemimpinan bangsa saat ini, melainkan memang perlu diingitkan agar berhati-hati tidak asal blusukan sebab belusukan bagi seorang Presiden itu membutuhkan banyak dana dan berdampak kurang nyaman bagi sekelilingnya karena Undang-undang mengisyaratkan keluyurannya seorang pejabat tinggi negara itu terpaku aturan dan protokoler Istana yang tentu saja tidak juga bisa diabaikan begitu saja.

Jika hasil blusukan Presiden dan sejumlah menteri kabinetnya masih bermuara pada BBM kembali dinaikan, kemudian ketersediaan pangan nasional mulai terusik harga-harga kebutuhan pokok tidak asyik maka itulah maknanya perlu dievaluasi, jika blusukan saja tidak cukup asyik dan tidak menjadi solusi bagi problem bangsa saat ini.

Parahnya lagi melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar yang tiba-tiba mencapai nilai cukup lumayan tinggi karena dipastikan para periode-periode sebelumnya tidak pernah terjadi setinggi itu. 

Lucunya gaung hukuman mati bagi para terpidana narkoba asal Australia mendadak melemah tanpa alasan yang jelas setelah sejumlah intervensi datang bertubi-tubi dari pihak Australia yang begitu gigih dan ganas memperjuangkan warganya agar tidak dihukum mati. Lagi-lagi ini telah mematikan rasa hormat warganya terhadap Presidennya yang seakan mulai tidak menunjukan ketegasan dan kedaulatannya. Sebab semenjak santernya protes Australia tiba-tiba gaung eksekut matai yang hanya tinggal hitungan hari mendadak tidak jelas ujung pangkalnya. Padahal itu simbol kedaulatan negara sebagai pemilik kedaulatan sebagai negara dan bangsa yang merdeka...  

Tuesday, March 24, 2015

Apa Kabar Nenek Asyani..? Pelanggaran Itu Sama Tapi Tak Merata dalam Penanganannya...



Nenek Berusia 63 Tahun itu adalah Asyani alis Bu Muaris, namanya kini melambung bak seleberitis tanah air yang sedang menemui puncak popularitasnya. Bedanya nenek Asyani jadi buah bibir media lantaran kasus yang menjeratnya gara-gara tujuh potong batang kayu yang ditudingkan oleh Perum Perhutani dicuri Nenek Asyani dari hutan petak 43-F Blok Curahcottok Dusun Kristal, kecamatan Jatibentang, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.

Lantas apa yang sesungguhnya terjadi dalam ranah penegakan hukum Indonesia saat ini ? rasa-rasanya memang masih trlihat ada kebiasaan tebang pilih dalam realisasinya. Begitupun dalam proses pemberantasan tindak kejahatan masih terlihat banyak yang sumir dan nyinyir jika dicermati dalam kaca pandang kesamaan kedudukan dimata hukum. Silahkan siapapun sudah dapat menebaknya dengan mudah siapa yang ditangkap dan siapa yang berbuat maka menjadi kontras dalam penanganan perkaranya. 

Misalnya apa tidak bisa dalam kasus nenek Asyani dan sejumlah kasus nenek renta lainnya lebih mengedepankan rasa penghormatan dan pendekatan kemanusiaan daripada mengedepankan lebih dulu proses hukum yang sangat menyiksa dan merusak mental tua renta yang tidak lama lagi meninggalkan masa hidupnya..Kita sangat mengerti sekali lagi dimata hukum semua warga negara memiliki nilai yang sama tapi terasa kontradiktif ketika dalam duduk perkara yang sama misalnya kasus pencurian kayu nenek Asyani, rasa-rasanya masih banyak yang lebih besar dan jauh lebih merusak dari sekedar apa yang dilakukan nenek Asyani, tapi tidak mendapatkan perlakukan yang sama dengan nenek renta itu.

Ini sejatinya gambaran jika kita warga negara belum diperlihatkan keutuhan penanganan atau perlakukan dari negara agar warganya sejahtera kemudian tidak diberi celah melakukan tindak pidana atau perdata karena gara-gara miskin papa yang memaksa yang bersangkutan berbuat diluar batas lantaran terdesak kebutuhan untuk memenuhi makan dan hidup sehari-hari. Rasanya ini membuat pemerintah siapapun pemegang kekuasaannya sangat berdosa, sebab telah membuat rakyatya sengsara.

Kasus Asyani dan nenek renta lainnya yang berhadapan dengan hukum telah memperlihatkan betapa pemerintah belum berhasil membuat warganya sejahtera dan terbebas dari lilitan kemiskinan. Sebab rata-rata yang terjerat perkara adalah kaum miskin yang tidak memiliki banyak uang untuk jaminan hidupnya sehingga sangat logis jika mereka terpaksa melakukan tindak pidana hanya kerena terpaksa oleh keadaan  yang memintanya berbuat begitu.

Sekali lagi dalam kasus Nenek Asyani, Si Miun yang bukan pakar hukum pidana atau perdata sebenarnya setuju jika perbuatan asyani itu memang salah kalau benar telah mencuri, namun lebih salah lagi jika dalam proses penanganan hukumnya diada-ada atau sedikit direkayasa karena menganggap nenek Asyani tidak berdaya. Atau alangkah baiknya jika pada awal penemuan kasus nenek Asyani ini ditangai secara kekeluargaan dan diselesaikan dengan pendekatan kemanusiaan yang sesuai dengan keadaan Asyani sendiri. Silahkan cermati jika pun benar asyani mencuri dasarnya tentu bukan untuk memperkaya diri seperti para pembalak liar dan pembabat hutan yang berlindung dibalik HPH yang bisa seeneknya dia suka. 

Asyani tidak sampai pada keinginan memperkaya diri kecuali karena untuk memenuhi kebutuhan materi hari ini atau esok bisa makan atau ya wajar jikapun sang nenek ingin sebuah kursi yang terbuat dari kayu jati, sebab kursi-kursi para penguasa ternyata jauh lebih mahal harganya dari sekedar sebuah kuris dari jati yang diingini nenek Asyani....  


Tak Sabar Ingin Melihat Garut 2016 Dan Seterusnya...



Hallo Garut..!!
Pembaca yang Budiman..!!

Boleh saja warga bersabar memberi ruang untuk sepak terjang kemimpinnya merealisasikan janji-janji  politiknya dalam wacana membangun Garut pada periode kepemimpinannya sesuai janji dan ucapan saat ingin mencalonkan menjadi nahkoda Garut lima tahun kedepan. Kini Memang sudah hampir berjalan satu tahun lebih era kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati Rudy Gunawan- Helmi Budiman dan sudah banyak rencana terlontar, gagasan mengmuka bahkan sebagian sudah mulai terlihat bibitnya, namun yang belum menggema dalam konteks percepatannya, karena memang jika dari sisi waktu penyelesaian memang biasanya tata cara birokrat Indonesia sama saja karena itu aturan yang berlaku umum selalu saja ada tahapan dan runut aturan yang kadang seringkali menjengkelkan...Maaf itu biasa dalam dunia birokrasi kita...

Kembali menyoal dan menunggu realisasi janji-janji pak Bupati rasanya memang tidak perlu resah dan gelisah, silahkan saja menunggu disana, ibarat kata lagu "Semut-semut merah yang berbaris didinding menatap ku curiga, seakan penuh tanya, sedang apa disana?", nah ini kata-kata sepertinya memiliki alur yang sama dengan proses percepatan pembangunan kabupaten Garut yang kadang belum berimbang antara banyaknya tugas-tugas yang harus diselesaikan dengan realisasinya dilapangan. Memang kita sangat memahami oleh karena warga Garut masih cukup bersabar menanti apa gerangan yang akan terjadi Garut di 2016 dan selanjutnya...Sebab jika berkaca pada RPJMD yang disepaki pemerintah Kabupaten Garut maka mulai tahun 2016 itulah warganya mulai akan melihat ada perubahan signifikan dalam alur pmbangunan di Kabupaten Garut. Misalnya bakal ada penambahan rusa jalan baik bentuknya sodetan atau jalan tembus atau apapun itu bentuknya sebab kini Garut ruas jalnnya memendek dan menyempit hampir disemua ruas yang ada...Maaf ini faktanya silahkan saja lewat ke pusat kota jika dulu butuh waktu tempuh beberapa menit saja, kini malah bisa berjamjam hanya menunggu antrian kendaraan yang mengular pada ruas-ruas tertetu...

Berikutnya Jika janji terealaisasi maka pusat kota Garut, mulai April 2015 mendatang akan segera ditertibkan dari semrawutya para Pedagang Kaki Lima yang mulai tidak terkendali dan makin marak jumlahnya, sehingga wajah pusat kota tidak ubahnya pasar tradisional yang dipenuhi aneka macam warna tenda dan rungsebnya roda-roda PKL tan beraturan dan tak berbentuk.

Kemudian menjelmanya sejumlah bangunan ruang kelas baru bagi perbaikan infrastruktur sekolah, bangunan Puskesamas serta perbaikan atau revitalisasi sejumlah pasar, hingga mulai berembus kabar jika terminal antar kota antar provinsi juga segera akan dipindah karena suda tidak menunjukan identitas kota yang ramah dan nyaman. Belum ragi penataan kawasan pariwsata disejumlah destinasi yang ada terutama Garut Selatan waah...hebat jika semuanya terwujud.

Terus...apalagi yaaa?? banyak lagi rencana yang warga Garut harapan akan segera menjelama dan dapat dibanggakan menjadi prodduk pembangunan ere kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati yang visioner dan dinamis dalam mengemban amanat warganya....      

Babak Baru Partai Beringin, Pengurus Terbelah Saling Tak Mau Kalah


Akhirnya keluar juga putusan Menkum HAM yang mengesahkan kepengurusan Golkar versi Agung Laksono (AL) kontan saja membuat berang dan meradang Golkar vesi Aburizal Bakri (ARB). Bagi sebagian kalangan terutama para pengamat sejak semula telah menduga jika keputusan Menkum HAM memang akan sepeti ini ujungnya.

Sejumlah pengurus Golkar versi ARB sudah tidak kaget lagi dengan keputusan Menkum HAM tersebut sebab tentu saja pemerintah apapun alasannya sangat berkepentingan dengan stabilitas dukungan partai politik. Ini mugkin saja pengaruh atau buntut dari koaisi permanen dukung mendukung pencapresan yang sebelumnya bergaung dengan nama Kolalisi Indonesia Hebat (KIH) dan Koalisi Merah Putih (KMP), dimana masing-masing Koalisi memiliki kepentingan mendasar untuk mengamankan kekuasaan versi mereka masing-masing. Seluruh partai politk dipastikan membutuhkan posisi tawar dimata kekuasaan.

Apakah keputusan Menkum HAM tersebut buah proses politik atau buah proses hukum dalam kerangka stabilitas politik nasional?  tentu saja jawabannya akan muncul beragam, sebab satu sama lain memiliki argumentasi yang sama-sama kuat sama-sama dipaksakan untuk melegitimasi pendiriannya masing-masing juga, sehingga babak barunya adalah makin panas makin seru makin meruncing. Nada-nada berbau perlawanan mulai terdengar dari kedua kubu patai yang terpecah mengikuti alur dan irama kekuasaan yang sayup sayup juga belum memberikan jaminan yang memadai bagi kesinambungan kesejahteraan masyarakatnya sebagaimana janji-janji politik para capres cawapres saat pencalonannya dulu. Hingar bingat rayuan maut politik para capres kini hilang ditelan gemerlapnya aura kekuasaan yang mulai beradu peran beradu kuat diwilayah elit, dimana msyarakat lebih banyak dipertontonkan pemandangan ketidak berdayaan bersikap saat BPJS tidak banyak membantu memproteksi kekuarangan finansila saat sakit, saat membutuhkan santunan dan lain sebagainya.

Banyaknya katu sakti yang digadang-gadang dapat memperbaharui kesejahteraan masyarakat Indonesia untuk yang lebih baik tidak ubahnya kartu biasa yang sama sekali asih belum memberikan nilai tambah yang menjanjinkan dalam konteks realisasinya dilapangan.

Kembali pada babak baru patai beringin yang kini mulai meradang dan memanas ditubuh kepengurusannya yang telah terlanjut terbelah, maka bukan tidak mungkin pecahnya  kepengurusan ditubuh Golkar kedepan ini akan memunculkan babak baru perlawanan mendasar tidak hanya pada kubu internal partai Golkar, melainkan berimbas pada penyelenggara kekuasaan sebagai pemilik legitimasi yang membuat legal dan tidaknya sebuah susunan kepengurusan dipartai. Tentu saja siapa berbuat siapa bertanggungjawab. sebeb persoalan partai poitik sejak awal juga merupakan persoalan elit yang kemudian akan menggusur rakayat digaris dasar pada ranah konflik yang cukup berbahaya juga jika tidak diantisipasi segera...       

Friday, March 20, 2015

Mengapa Harus Nama Muhammad dan Ali Jadi Sasaran.??



Ini memang gila, kabar kurang ajar dan kebijakan syetan yang harus dilawan dan diberangus siapapun itu yang mengitruksikan atau siapapun yang mendesain tak pantas dan tak layak. ini penghinaan, ini penistaan buat Nabi umat Islam Muhammad SAW. teu ridho dunya akherat uingmah, ceuk si Miun bari mata carindakdak. Begitu membaca kabar jika mesin Autogate Bandara Sukarno Hatta tidak akan bisa lolos alias akan tertahan dan tidak bisa diproses...Subhanalloh sebuah propaganda super canggih dari musuh-musuh Islam.

Si Miun jelas tersinggung sebab dia memiliki nama "Muhammad Miun Ali Algaruty", nama panjang meunang mubur bodas mubur beureum, piraku eta teu berlaku si mesin Autogate Bandara...Kacida Ceuk si Miun sambil nepak tarang...

"Ini memang sebuah propaganda, ini sebuah isyarat jika Islamphobia yang dikampanyekan dunia Barat untuk menyudutkan Islam telah ditekan mentah-mentah oleh para pemegang kebijakan Indonesia. padahal seharusnya layak untuk dipikirkan berulang kali dan terus dipikirkan dampak sosiologis dan psikologis serta dampak ekonomis juga dampak ideologis. Ini tidak sesederhana sekedar nama Muhammad, tapi ingat nama itu terlahir dalam kerangka keyakinan yang sudah mendarah daging dan mempunyai nilai tak terhingga dalam kerangka pemikiran dan keyakinan ideologi umat islam, bahwa Muhammad adalah sosok manusia panutan yang tidak boleh disentuh apalagi dihinakan dengan cara apapun. bukan cuma saya yang marah, ceuk si Miun melainkan banyak komunitas muslim yang memang muslim sejati pasti akan bereaksi.

Sungguh terlalu...jika itu dibiarkan..dan sungguh keliru jika itu benar buah kebijakan yang disengaja untuk memarjinalkan umat islam pemilik nama Muhammad dan Ali...    

Thursday, March 19, 2015

Mengapa Pusat Kota Garut Makin Semrawut..?



Hallo Garut..!!
Pembaca yang Budiman....!!

Jika pertanyaan seperti judul tulisan ini terlontar maka jawaban yang banyak kita temui adalah karena dibiarkan tidak ditertibkan...Namun sungguh lebih dari sekedar jawaban karena tidak ditertibkan yang menarik dicermati, malah lebih kepada banyak faktor akibat dari kota ini salah urus, salah penanganan dari periode rezim ke rezim dalam satu dasawarsa terakhir.

Si Miun urang kota anu cicing dipinggir trotoar berani berkoar koar jika semrawutnya pengkolan karena tidak adanya perhatian serius dari rezim dua periode terakhir sepeninggalan Demang Agus Supriadi yang terpaksa memimpin setengah jalan lantaran nyaeta atuh gogoda jadi pamingpin sok aya aya wae...Padahal jika mau belajar pada ketegasannya dan kebijakan penertiban pengkolan sungguh layak diacungkan jempol, barangkalai Demang yang berani bertolak pinggang dipengkolan dengan hasil gemilang dalam penertiban, baru Bupati Agus Supriadi kala kepemimpinannya. Namun sayang seribu sayang peninggalan gemilang ladang keringat banting tulang dengan menggelontorkan banyak anggaran kala itu tidak ditindak lanjuti oleh Demang berikutnya yang malah berbalik arah bergandeng tangan dengan PKL memberi ruang seluas luasnya untuk pusat kota semrawut karena digunakan bargening dukungan saat pencalonannya. Inilah kisah sedih semrawutnya pengkolan hingga makin semrawut dan cenderung makin liar dan pikasebeleun.

Maaf ceuk si Miun lain teu percaya ka Demang anu aya keur kumawasa, namun memang harus segera membuat rumusan yang pasti dan tepat agar proses peyelesaiannya tidak membuat kewalahan dan kalangkabut buntel kadut. Sejujurnya semrawutnya pengkolan adalah warisan ketidak becusan pemimpin sebelumnya dalam mengimplentasikan penataan kota, hingga akhirnya pusat kota mulek keramaian memusat hanya disatu titik sebab pemegang kebijakan kala itu tidak pernah memikirkan akan terjadi lonjakan berbagai sektor yang membuat beban pusat kota makin menumpuk, dan membuat siapapun yang menyaksikannya tidak sedikitpun menemukan kenyamanan, kecuali pipaseaeun unggal juru unggal titik. Hampura da memang keadaanya seperti itu.

Kini memang saatnya sebuah ketegasan yang solutif dan humanis diterapkan kalau perlu beremphaty sedikit politik kebijakan anggarannya untuk penataan kota atuh, sebab si Miun cenah yakin jika tidak secepatnya ditangi maka akan semakin susah dan sulit dicarikan solusianya. Bisa-bisa harus berdarah-darah nantinya kan bahaya atuh bisa jadi komoditi politik yang berujung konflik omat bahaya eta.

Sok atuh implemantasi kebijakan sesuai janji poltik Demang saat mencalonkan segerakan jangan terlalu mengandalkan bawahan atau staf sebab kebanyakan staf maaf-maaf rada syuudzon sedikit lebih banyak mencari celah untuk menitipkan keuntungan dari guliran programnya, makanya jika programnya gahar dan sangar serta tidak ada untungnya untuk saku mereka sepertinya dhindari sebeba cenah kacape-cape. Ini juga perlu diantisipasi sebab kebijakan anggaran kadang-kadang menjadi sia-sia mengucur deras numun tidak solutif dan tidak memberikan dampak signifikan pada kebutuhan masyarakat. sok weh bandungan cuuu...

Abah jeung si Miun teu sabar hayang geura nitenan pengkolan bersih rapi tertata istimewa dan bersahaja bersahabat dan bermartabat kitu harepan abahmah.

Wednesday, March 18, 2015

PHRI Garut itu, Bagian dari Pariwisata Garut...



Hallo Garut..!!
Pembaca yang Budiman..!!

Menyambut suksesi yang telah terjadi ditubuh organisasi profesi BPC PHRI Kabupaten Garut, tempat berkumpulnya para pengusaha Hotel daan Restoran untuk berbagi rasa berbagi senang dan duka juga berbagi menikmati apa yang menjadi hak dan kewajibanya.

BPC PHRI Garut  dalam periodesasi kepemimpinannya memang dirasa belum maksimal malah jauh pangggang dari apa jika dikonversikan dengan besarnya invesatsi para pengusaha Hotel dan restoran yang ada. Namun bagaimanapun sebagai sebuah organisasi profesi memang cukup memadai untuk dijadikan rumah tempat berkeluh kesah dan berbagi aneka macam problematika dalam kerangka turut serta membangun negara secara umum dan khusunya membangun Garut bagi para penggiat hotel dan restoran di Garut.

Tentu saja banyak yang dapat dilakukan dan dikerjakan jika pola pikir yang dikembangkan dalam kerangka membangun  dan bukan hanya mencari rupiah demi rupiah tanpa mengindahkan dampak dan akibat secara jangka panjang dan menengah pendek. Sebab jika pengusaha hanya mementingkan kepentingan bisnisnya semata, maka organisasi yang dibentuk dan digelutinya hanya akan memberikan warna sumir dan sumbang, sebab boro-boro menyumbang kesuksesan dalam segala bidang pada sektor garapannya, yang ada malah menyisakan seabreg masalah yang kian hari kian sulit diselesaikan sebab konteksnya lebih pada sisa perbuatan inkonsistensi pada ketaatan membangun untuk banyak manfaat.

Maaf-maaf kadang-kadang semangat pengusaha bangsa urang seringkali melupakan jati diri dan kebablasan dengan kekayaan yang telah dikumpulkannya, sehingga lupa jika yang bersangkutan juga perlu memperhatikan lingkungan sekitarnya.

PHRI Garut adalah salah satu yang diharapkan mampu memapankan kemapanan pembangunan pariwisata sesuai dengan isyarat alam dimana Garut lebih familier jika dibangun kawasan wisata daripada industri manufacture atau pertambangan yang lebih sporadis merusak alam dan lingungannya.  Meski pembangunan pariwisata juga jika tidak diimbangi dengan kesadaran kolektif semua pihak lambat laun tetap memberi dampak yang besar dan bisa berujung bencana moral dan prilaku, sekali lagi jika tidak dicermati bersama-sama dan diantisipasi sejak dini.

Semoga saja kehadiran PHRI akan memberikan warna tersendiri pada pariwisata Garut dan tidak semata-mata menjadi wadah kemudahan bagi internal pengusaha Hotel Restoran saja...

Sunday, March 15, 2015

Garut Ini Apalah..apalah...!!



Hallo Garut...!!
Pembaca yang Budiman...
 
Lebih gampang memang berbicara diluar kalang ketimbang berada dalam lingkaran ketika ingin mewujudkan kesetiaan janji dan sumpah yang pernah terucap dalam kerangka ngamumule lembur matuh banjar karang pamidangan, tinggal der ceuk Si Miun, malah ceuk urut Demang nu kasingkirkeun tina pencalonan nana malah makin ngoncrang cumarita ngeritik kebijakan pemerintahan yang kini memang kekuasaan, Pokna belum ada perubahan, belum merealisasikan janji-janji jeung sajabana-sajabana...

Sakali deui memang lebih mudah berbicara diluar lingkaran dari pada sebagai pelaksana yang sesungguhnya malah lebih berat dan susah menjadi nahkoda sebab bukan hanya satu kepala yang bicara, buka satu pemikiran yang ambil bagian malah lebih banyak ngerocoki ketimbang memberikan solusi, inilah salahnya warga kita, elit kita dan para pemerhati kebijakan kadang keburu kebelet ingin segera menjadi raja kembali. Padahal ketika diingat masa itu masa dirinya berkuasa juga hampir sama tidak ada perbahan yang berarti malah cenderung ngawur, ngawur kakiri jeung kakanan malah rea ngawur jeung kaimah cenah...

Sekali lagi rasanya meski memang faktanya begitu, tapi jika yang berbicaranya juga sama memiliki masa lalu yang kurang menjanjikan saat memimpin kota ini, rasanya tidak terlalu pas memberikan apresaiasinya dengan lantang tanpa memandang kebelakang siapa gue sebelumnya. Ini menjadi penting sebab memang secara objektif kita masih membutuhkan parameter yang jelas untuk menilai keberhasilan satu periode kepemimpinan itu.

Mengkritisi kelambanan dalam membuat akselerasi pembangunan kota intan memang sangat setuju sebab memang yang merindukan perubahan bukan satu dua orang melainkan seluruh penghuni kota ini juga berharap yang sama. Jadi solusinya apa bukan menjelekan dan menyudutkan semata, sebab tentunya pernah merasakan berada pada posisi yang sama...    Hampuraa...

Thursday, March 12, 2015

Ketahanan Pangan Itu, Petani Sejahtera


Harusnya memang begitu...Petani sejahtera, hasil tani melimpah memberikan berkah dan yang terpenting tidak mejadikan petani sapi perah yang setiap saat bekerja seolah berguna tapi dipandang sebelah mata. Ini yang penting... Ketahanan pangan adalah bagaimana mampu mengangkat harkat derajat petani yang biasa identik dengan starta sosial kurang mumpuni, menjadi sejajar dengan profesi lain sebagai pemberi manfaat yang luar biasa besar bagi kesinambungan bangsa dan negara ini.

Dapat dibayangkan bagaimana jadinya jika petani kita terus terpuruk dan beralih pofesi mencari pekerjaan lain dan meninggalkan kebiasaan bercocok tanam, maka dapat dipastikan jika kedepan tidak akan mudah lagi kita mendapatkan gabah, beras, buah-buahan serta makanan pokok lainnya, sehingga sangat mungkin kita akan bergantung pada kekuatan import yang juga mulai menemui problem yang sama. Kesulitan mencari import bahan pangan lantaran mungkin juga sejumlah negara lain didunia, warganya tidak lagi tertarik bertani apalagi bagi sejumlah negara yang tidak memiliki kesuburan tanah seperti belahan Indonesia dari ujung ke ujung subur makmur...

Dalam program Ketahanan Pangan Nasional ini, pemerintah harus menjadikan profesi bertani sebagai profesi yang memiliki masa depan cerah, menjanjikan serta memberikan peningkatan taraf hidup tidak hanya sekedar. Diambil manfaatnya dicampakan pelakunya ini bahaya sebab sebagaimanapun kuatnya program ketahanan pangan ini digulirkan jika tidak menjanjikan buta para pelakunya maka akan menjadi sia-sia dan tidak memberikan ketertarikan untuk menggelutinya.

Saat ini bertani identik dengan utang dan utang...Ngutang biaya pengolahan lahan, ngutan untuk beli benih unggul, ngutan untuk beli pupuk lantaran mahal. Apalagi belakangan subsidi pupuk dan benih cenderung disalah gunakan oleh perkebunan-perkebunan yang nota bene digarap oleh perusahaan-perusahaan yang berorientasi laba usaha, namun dengan seenaknya mendapatkan asupan pupuk dan benih bersubsidi...Ini harus dikaji da dievaluasi. 

Jika demkian adanya tidak ada salahnya jika subsidi pupuk atau benih dialihkan pada sektor lain yang dapat mempertahankan stabilitas daya beli petani sehingga dari musim tanam ke musim panen tidak melulu bergantung pada utang dan utang yang harus dilunasi dan dibayar dikemudian jika hasil panennya melimpah...Kemudian jika penennya gagal maka bersiap-siaplah utang-utang para petani ini makin berjubel dan mempersempit semangat untuk terus eksis jadi petani...

Cerita ini mungin sedikit berbeda dengan petani berdasi, yaitu petani yang hanya meminjam nama karena hekekatnya dia malah berinvestasi, bukan karena dia memang penggarap dan pelaku pertanian, malah ia adalah sama hanya penerima  manfaat yang kadang-kadang mentalnya sama, tidak senang jika melihat penati-petani desa tumbuh dan berkembang kesejahteraannya... 

 

Tuesday, March 10, 2015

Hayang Seuri Nahan Seuri, Bari Hitut Berjamaah



Cirambayan atuh jadina, rek teu kitu kumaha nahan seuri bari seuri terus aya nu nahan hitut sedut cenah tisatukangeun, atuh puguuh jadi seuri deui da teukuat nahan, hadena deui ngadon dut hitut deuih ieu bujur teu kompromi pisan, pan nambahan rasa hayang seurina, geus kitu ujug-ujug torojol datang deuih babaturan sarua cengosna. gek diuk teu basa teu carita ujug-ujug sedut deui wae hitut atuh puguh nambah cirambayan nahan seuri.

Cilakana datang deui ajeungan anu dipika ajrih kusalelembur malah dikolotkeun pisan, teu aya anu wani neuteup kana raray ieu pangersa. Dumadakan haritamah ujug-ujug dut deui wae eta pangersa hitut....atuh kuring beuki teu wasa nahan hayang seuri, ieumah lain cirambayan deui malah tembus baseuh dina calana lantaran teu kuat nahan rek seuri tarik inggis nyinggung pangersa ari teu seuri dapuguh hayang seuri atuh maaang.... 

Naha bet kabeh jalema anu datang wanci eta bet ngadon haritut bari lain jalema jore-jore eta pangersa anu dipikaajrih oge ngadadak atuh sedut deui sedut deui hitutna teh...ammmpuun...

Teu cukup nepika dinya torojol deui si Miun bari mamawa map warna beureum cenah rek kapemda rek nyairkeun proposal bantuan bencana. Aalakadalah sedut deui wae eta si semprul hitut bari aya leuwihna ieumah, lantaran si Miun ngadon muringis pokna aduh ieumah hampura kaluar jeung bukurna dulur, atuh kuring ngagakgak teu kuat nahan seuri, ngabarakatak lain ukur uing ayeunamah kabeh anu bieu haritut karak nyadar mun bieu teh tas hitut berjamaaah...hahahah....  

Satu Partai 1 Triliun ? Si Miun Siap Dirikan Parpol



Memang uang yang bergulir dikelola negara ini uang siapa sih? uangnya nenek moyang mu atau uang bapak moyang mu ? Gak ngerti kita jadinya, nasib rakyat masih banyak terkatung-katung tergilas seabreg  kebijakan yang belum jelas berphak pada rakyat, ini malah mewacanakan pemberian uang untuk membekali parpol hingga nilai satu triliun perpartai politik. Apapun alasannya ceuk si Miun teu asup kana logika rakyat meskipun dipaksakan tentu saja biasa, Namun alangkah bijaknya jika lebih memikirkan sarana dan prasarana serta percepatan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang kian hari malah bertambah teri dan kere makin kesamping makin kepinggir.

Jika benar ada menyuntik parpol hingga triliunan rupiah maka yang akan beruntung adalah para pengurus atau elit partai, tanpa modal dapat mengeruk untung tanpa buntung. enek di elo kagak enak digue broo...

Sekarang eksistensi parpol mungkin lebih pada memenuhi ketetuan perundang-undangan aja karena dari sisi keberpihakannya terhadap publik secara umum masih belum dapat diandalkan. Ujung ujungnya hanya menjadikan rakyat objek untuk menjadi subjek saat perhelatan demokrasi digelar baik lima tahunan atau event-event politik lainnya yang makin hari makin memuakan karena memang faktanya masyarakat hanya menjadi bojek musiman. dimana djunjung dan disanjung ketika ada kemauan untuk dapat memenuhi kebutuhan event politik agar dipilih didukung dan diantarkan pada posisi penting negeri ini. Baik posisi diparlemen atau pun posisi dibirokrasi, nah setelah jadi masa bodo emang gue pikirin...kalaupun ada sedikit keberpihakan tentu saja hanya berbagi sisa penyerapan aspirasi sambil reses kembali kedapil itupun hanya berapa kali setahun dapat dihitung jari.

Jadi mohon maa produk-produk politik kita masih belum memberikan kelebihan pada masyarakat secara umum. Makanya jika harus disuntik dana hingga triliunan rupiah si Miun orang yang usap dada sambil geleng-geleng kepala.  

 

Monday, March 9, 2015

Ketika Popularitas H. Lulung Melambung



Terlepas dari nilai kontroversi yang melekat pada sejumlah sosok elit di DKI Jakarta termasuk Gubernur Basuki Tjahaya Purama (Ahok) karena sejumlah gebrakan yang dilakukannya terkait mata anggran APBD DKI Jakarta yang menuding adanya dana siluman hingga triliunan rupiah.

Sosok lain yang menjadi trending tofik nitizen adalah Ambraham Lunggana atau yang lebih dikenal dengan H. Lulung sebagai Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta. Lalu lintas atau trafick menyebut H. Lulung di dunia maya seakan mengalahkan topik-topik trend lainnya pada beberapa pekan terakhir ini. Bukan apa-apa lantaran sosok itu memang mencuri perhatian publik baik dari sisi positif maupun mungkin ada negatifnya.

Terlepas dari itu semua, nilai sebuah popularitas untuk masyarakat Indonesia adalah modal dasar yang bisa mengangkat harkat dan martabatnya terlepas endingnya seperti apa. Jika positif tentu saja popularitas seseorang bisa mengangkatnya menjadi seseorang yang memiliki posisi penting dinegeri ini. Negatifnya popularitas seseorang kadang bisa jadi bumerang padda perjalanan kariernya. Tapi jangan salah sifat pelupa dan pemaaf yang besar dari sebagian besar penghuni bangsa ini, telah mencatatkan hal-hal yang mengejutkan. Seseorang yang sempat cacat nama lantaran perbuatan keliru sekalipun masih dapat memetik nikmat dari sebuah posisi dan kedudukan yang diperoleh dari hasil rating dan polling atau voting.

Sebagai contoh, seorang kepala daerah korban bulan bulanan warganya hingga lengser karena dugaan prilaku sumir dan cacat secara moral dan etika, namun jela saja pada suatu kesempatan kompetisi untuk posisi parlemen masih sangat mudah melenggang. 

Pun demikian halnya suatu saat nanti sosok yang kini jadi bulan-bulanan nitizen bisa saja jadi pejabat lebih tinggi lagi dari posisinya saat ini. Ingat mebut posisi penting di Indonesia tidak ubahnya seperi sebuah kontes, dimana siapapun dapat ikut serta menjadi bagian kompetisi itu. Termasuk H. Lulung bisa dijagokan jadi "Presiden" sangat mungkin untuk Indonesia Bisa..!!     

Ketika Rupiah Melemah, Ceuk Si Miun Bukan Urusan Saya



Memang bukan urusan saya, sama sekali saya tidak mengurusi itu, yang saya urus dua ekor kambing, satu anak kelas 3 SD sama satu orang itri dan kini masih tinggal ngontrak di Kostan milik salah seorang tetangga yang kebetulan punya banyak kamar kosong dibelakang rumahnya. "Ini kata si Miun saat mendapatkan informasi rupiah terus melemah hingga tembus 13 ribu rupiah perdolar AS". Sekali lagi ceuk si Miun sayamah teu apal boro-boro mikiran dolar menguat kemudian rupiah melemah, mikirin anak jajan juga susahnya setengah mati. Beda dengan orang-orang senang bisa mati ketawa lataran serba ada saya mungkin mati kecewa lantaran susah mencari rupiah.

Ini benar-benar kondisi dimana Indonesia sepanjang perjalannya kali ini mendapatkan tamparan kuat dengan harga tukar mata uangnya sedemikian tinggi hingga lambat laun jika tidak segera diantisipasi dapat berimbas pada sektor lain terutama sektor riil yang menggunakan bahan baku import, tapi sebenarnya memang tidak terlalu berpengaruh terhadap kondisi rumah tangga si Miun-mah karena si Miun bukanlah produsen sebuah produk atau peruahaan yang memproduksi barang-barang dengan produk baku import, namu tetap saja sebagai bagian dari komponen rahayat Indonesia lambat laun akan merasakan bahkan telah terdampak lebih dulu karena mulai merasakan susahnya mencari sesuap nasi.

Terus kalau yang ngusrusi rupiah agar menguat pada dolar siapa yaa?? ya siapa lagi kalau bukan pemegang kebijakan tertinggi, karena biasanya rupiah dan harga dolar di Indonesia sangat rentan terpengaruh oleh kebijkan yang dikeluarkan "Desicion Maker", misalnya kebijakan menaikan BBM sebelum BBM nya naik Dolarnya sudah naik duluan, kebijaka menjelang memutuskan sesuatu terkait nasib negeri, ini selalu saja didahului oleh bayang-bayang ancaman naiknya dolar dan melemahnya rupiah. Apa ini dalah pemandangan atau resiko sebagai negara yang sedang berkembang dan terlalu lama berkembangnya, hinga kembang keburu layu buah tak kunjung datang. Makanyanya wayahnya, sebagai rakyat masih harus bersabar sampai benar-benar keluar "Kartu Indonesia Sabar"...

Kamu Ngomong Begini, Dia Ngomong Begitu...Sama Saja



Ini persoalan fakta bukan opini atau alibi untuk sekedar mengekabui mata rakyat terutama penggiat anti korupsi. Rasa-rasanya gerah sudah mulai memuncak memenuhi ubun-ubun terkait persolan-persolan pemberantasan korupsi. Ramai-ramai mempraperadilankan KPK menjadi trend baru diranah hukum tanah air terutama bagi para terdakwa korupsi. Ini bukan tdak boleh hanya saja peluang melakukan perlawanan oleh para koruptor sama dengan memberi angin buat yang lainnya terinsipari berbuat yang sama.

Buntur perselisihan Polri dengan KPK beberapa waktu lalu berimbas pada guncangan hebat diranah hukum kita, dimana ada kecenderungan KPK bukan lagi lembaga yang ditakuti para pelaku korupsi bahkan cenderung memberi isyarat jikapun korupsi kagak bakalan diapa-apain tinggal praperadilankan saja...beres urusan nyari hakim yang mrip hakim sarpin buat memutusakan mengabulkan gugatan Praperadilannya...makin sip makin beres dan korupsi kemabali menjadi bagian seni dinegeri ini yang sejakk lama telah mensengsarakan rakyatnya..

Jadi apa yang biasa kita lakukan saat ini, tentu saja kubu penggiat anti korupsi sedang berpaya untuk mengembalikan taring KPK agar kembali menjadi lembaga kuat dan hebat dalam memberantas korupsi. namun susahnya makin susah karena para pemegang kebijakan saat ini lebih pada proporsi yang kurang berpihak dalam penguatan KPK untuk memberantas korupsi...Malah ada arahan KPK harus bertindak lebih pada upaya pencegahan buka penindakan. Sementara menjadi semakin sangsi upaya pencegahan itu hanya sebatas sosialisasi dan hibauan serta upaya-upaya memerangi dengan teori, sementara para maling yang makin sakti telah membawa lari pundi-pundi ladang korupsi dengan leluasa, tentu ini yang kita khawatirkan terjadi nanti dan saat ini ketika mencermati keadaan yang berkembang dipucuk pimpinan negeri ini. 

Maaf...yang satu bicara begini, yang satunya bicara begitu, padahal topiknya sama yaitu bagaimana upaya pemberantasan korupsi bisa dikoyak-koyak oleh perseteruan Polri dan KPK hingga merontokan tatanan yang sudah terbangun...Mangga ah teu langkung kumaha behna waee...

Saturday, March 7, 2015

Dolar Berjaya Rupiah Melemah, Itu Janji yang Menelanjangi Sumpah yang Tak Ditepati



Memang saat ini pemilik mata uang dolar mungkin sumringah jika melihat nilai tukar rupiah kita terus melemah hingga tembus di angka 13 ribu rupiah per satu dolar, ini memang peristiwa yang jarang terjadi anjloknya rupiah seperti ini. Meski memang yang bakal paling terpukul dengan meningkatnya nilai tukar dolat terhadap rupiah tersebut adalah para pengusaha yang mengandalkan bahan baku import. Bisa jadi imbasnya tetap saja pada daya beli masyarakat menangah bawah yang biasanya menjadi korban paling merasakan, meski secara langsung tidak terlibat karena golongan ekonomi lemah biasa hanya sebagai penerima dampak paling hilir tapi paling susah karena memang dasarnya juga sudah susah.

Pengusaha-pengusaha disektor produksi berbahan baku import memang paling mendapatkan tamparan keras dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar tersebut. Biasanya sekali lagi berujung pada kenaikan sejumlah bahan pokok terdampak yang berujung pada lemahnya daya beli masayarak.

Si Miun sebagai sample masyarakat menengah bawah bahkan bawah kebawah lagi, telah menyadari dan merasakan kondisi rupiah yang kini tidak memiliki lagi taring yang dapat diandalkan sebagai alat tukar yang sah direpublik ini. alhasil ceuk si Miun memang susah kalau jadi orang susah, tapi jauh lebih susah jika terus memikirkan rupiah, sebab itu rupiah bagi kelas atau golongan masyarakat Si Miun adalah sebagai sesuatu yang langka dikejar lari, ditungguin tak ada yang mau menghampiri.

Kuncinya kembali pada mengusap dada...sabar cuuu...sabar Indonesia memang sedang diuji, para elit politik sedang ditelanjangi bagaimana mereka akan bertanggungjawab terhadap janji-janjinya. Semua ucapan sumpah serapah dan seabreg hutangnya kepada negara dan bangsa sedang ditunjukan bahwa bagaimanapun semua itu adalah hutang yang tidak boleh dipandang sebagai sebuah hal yang biasa-biasa saja atau tiidak memiliki implikasi apapun.

Dihadapan mahkamah rayat tak berdaya mungkin sejuta alasan bisa mengemuka untuk menutupi segala namun ingat fakta kadang susah disembunyikan dan dirubah meski dengan berlapis-lapis alibi dan berjuta-juta alasan. fakta selalu berbicara kemudian dan menyimpulkan sendiri sehingga semuanya terbukti. Siapa menyimpan janji dan tidak mau memenuhi karena hanya dijadikan alasan untuk lintasan semata, maka bersiap-siap untuk kemudian ditelanjangi oleh janjinya sendiri....   

Friday, March 6, 2015

Tunggu Segera Keluar "Kartu Indonesia Sabar"



Indonesia memang selalu hujan "Kartu", sejak dulu dalam percaturan persepakbolaan Indonesia selalu hujan kartu, mulai kartu kuning hingga kartu merah seperti menjadi tidak asing saat bertandang dilapangan karena mungkin kemampuan yang terbatas emosi pemain meninggi maka begitulah jadinya kartu-kartu itulah yang berbicara.

Demikian juga seterusnya, Kartu demi kartu terus mengalir deras mulai dari Kartu kikitir, iuran desa, rekening listrik, telepon, kartu antri sembako, antri BBM antri gas elpiji bersubsidi, hingga sejumlah kartu-kartu lainnya memang menjadi sagat Indonesia banget.

Belakangan berbagai jenis kartu kembali di populerkan oleh Presiden Kita Joko Widodo, tengok saja ada beberapa jenis kartu yang ia luncurkan, saat menjabat Guberur DKI yang hanya seumur jagung itu ada Kartu Jakarta Sehat, kartu Jakarta Pintar tapi memang tidak pernah meluncur Kartu untuk jatah  Kerumah (kartu bawaeun kaimah ceuk si Miun ieumah).

Begitupun saat hendak naik mencalonkan diri menjadi calon Presiden RI, sejumlah kartu-pun banyak diluncurkan, motif dan bentuknya hampir sama hanya jangkauannya lebih luas karena berbutut Indonesia, iya itu Kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Sehat, Kartu..?? apalagi ya harusnya sekarang segera diluncurkan "Kartu Indonesia Sabar"...Mengapa? karena memang kita rakyat Indonesia selalu saja disugesti untuk terus bersabar, sabar dalam arti menerima keadaan apapun yang menjadi kebijakan para elitnya, bukan sabar menanti perubahan yang berpihak pada rakyatnya.

Saat ini gaung kartu-kartu sakti ala Presiden Jokowi itu tidak terdengar segebyar seerti saat dikampanyekan, malah disejumlah daerah gaung kartu itu cenderung kalah oleh suara BBM naik turun, gas Elpiji langka, tarif angkutan naik, harga beras naik, harga cabe juga naik....maka Obatnya adalah "Kartu Indonesia Sabar", sekali lagi sabar dalam memaknai keadaan yang cenderung belum menunjukan perubahan signifikan, kalau tidak boleh dibilang jalan ditempat mungkin sama saja seperti jaman sebelumnya suara pucuk pimpinan negeri ini malah makin asyik berebut argumentasi membuat warna warni dalam aturan entah untuk apa nantiya, sebab jika untuk rakyat mengapa harus bertela-tela dan alot malah saling nyolot (tur popolotot-minjam kata-kata si Miun). 

Ini pemandangan yang sedang ditunjukan para elit, mulai perseteruan antar para elit partai politik, hingga perseteruan antara elit pemerintahan yang selalu mempertontonkan kejenuhan buat warganya yang sudah bosan dengan adu argumen sementara rakyat berebut beli elpiji susah, beli nasi juga mulai basi gitu...Ini elitnya malah meminta rakyat bersabar. Indonesia memang hebat..!!   

Thursday, March 5, 2015

Hutan Rusak, Siapa Bertanggung Jawab..??



Idealnya seluruh warga masyarakat yang harus bertanggung jawab. cuman jika seluruhnya bertanggung jawab tentu saja hutan kita tidak akan rusak. Sabab yang terjadi saat ini adalah karena sudah tidak ada lagi tanggung jawab kolektif diantara seluruh komponen warga, sehingga rusaklah hutan kita.

Menyoal keruskan huta memang banyak faktor banyak variabel dimana satu sama lain saling berkaitan. Jika dirunut semuanya bermuara pada dosa-dosa kita pada anak cucu yang akan lahir dan meneruskan hidup dialam marcapada ini. Kenapa kita yang berdosa? karena kita telah mewariskan kerusakan yang amat sangat pada anak cucu kita kelak. Jujur saja memang kita semua termasuk yang saat ini ada harus mewarisi hutan rusak setelah itu bukan memperbaiki yang rusak malah menambah kerusakan pada sisa hutan yang masih utuh ternyata disentuh juga dan dijamah dan dirambah dengan membabi buta. Matak teu kabayang kumaha engkena cenah...

Merunut penyebab kerusakan hutan sama dengan menelanjangi muka kita semua, sebab kenyataan membuktikan semuanya terjadi akibat keserakahan kita yang serba salah dan mendapat warisan yang salah sehingga kebagian rugi tidak lagi dapat menikmati keutuhan hutan yang seharusnya dijaga dan dilesatrikan. Mohon maaf sebab kebijakan pembukaan lahan pada akhirnya bermuara juga pada perusakan hutan sebab manipualasi juga terjadi pada saat membabat hutan dengan alasan membukaan lahan baru untuk pemukimankah, hutan produksikah atau malah perkebunan dan lain sebagainya yang telah menyumbang rusaknya hutan kita yang merupakan paru-paru dunia dalam kaca pandang Internasional atau dalam skala golab tentu saja sejumlah negara tetangga juga turut bergantung pada hutan Indonesia yang hanya tersisa persekian persen saja dari sebelumnya pada saat hutan lebat dan hebat.

Banyaknya alih fungsi lahan memang menjadi salah satu penyebab keruskan hutan dan ekosistem kita saat ini, derasnya pemburu dolar dari ekspor kayu membuat pembabatan dan perambahan hutan juga menjadi sangat membabi buta dan sulit dikendalikan, mulai skala kecil perorangan hingga berkedok pemegang HPH atau Hak Penebangan Hutan dan apapun namanya yang seolah-olah legal, ternyata pada kenyatannya selalu terselih proses tidak legal untuk menambah keuntungan. Misalnya peruntuka semula x hekatar menjadi xxx hektar sehingga makin bertambahlah kerusakan yang terjadi. Belum lagi perubahan iklim yang kini menjadi dapak dari menyempitnya hutan kita membuat semakin rawan kebakaran hutan lantaran boleh jadi cuaca yang makin panas saat kemarau tiba atau lagi-lagi kerena sengaja dibakar untuk dan atasnama rupiah deui wae kaditunamah.

Kita saat ini hanya kebagian gereget dan ngurut dada sebab bagaimanapun gencarna upaya penghijauan yang akan dan telah dilakukan dengan biaya ratusan miliar hingga triliunan sepertinya belum cukup ampuh untuk mengembalikan hutan-hutan kita yang rusak...Susah memang, sebab kesadaran menamam pohon penghijauan saja tidak cukup jika tidak dibarengi dengan kegiatan perawatan dari seluruh lapisan masyarakat...Ini problemnya. ...

Jika kita harus memaksakan diri masing-masing untuk menyadari jika hutan itu untuk kita semua jangan dirusak hanya karena lantaran tidak memiliki mata pencaharian kecuali dengan menebang kayu sembarangan karena hanya itu yang bisa dijual untuk hidup sehari-hari, rasa-rasanya ini juga perlu dicarikan solusinya agar hidup bergantu dari pencurian kayu yang jelas-jelas ilegal harus dihentikan dengan mensejahterakan para pelaku dengan usaha yang lain yang lebih menjanjikan, sebab penjara saja tidak cukup ampuh membuat para pelaku jera..Ini juga problemnya...  

Wednesday, March 4, 2015

Dinamika Revitalisasi Pasar Limbangan, Membuat Investor Kapok



Hallo Garut..!!
Pembaca yang Budiman...!!

Ada sebuah pertanyaan yang kadang menggelitik ketika dilakukan penataan atau pembangunan pasar tradisional disejumlah daerah selalu saja menuai masalah. Istilah para pengembang selalu tidak mulus dan penuh warna kadang penuh dusta padahal kan idealnya idak boleh ada dusta diantara kita...Ini ada penyebab yang secara logika memang susah-susah gampang ditebaknya. 

Mungkin karena ketika melakukan revitalisasi pasar tradisional terlalu banyak menampung isi kepala para pedagang termasuk mengurusi nasib isi perut warga pedagang dan keturnannya. Kemungkinan berikutnya karena ada rasa memiliki secara turun temurun dalam iklim bangunan pasar yang para pedagang tinggali, sehingga merasa lebih dari sekedar punya hak, padahal memang pasar itu berkembang karena di bangun dan dikembangkan oleh pemerintah dengan segala regulasinya. Ini yang kadang kita lupa, pedagang lupa dan semua lupa apalagi ada pihak berkepentingan mendompleng dibelakangnya jadi kadang kisruh menjadi biasa. Kemungkinan berikutnya adalah banyaknya para pihak yang merecoki terkadang sering berimplikasi pada susahnya proses investi pada pengembangan sejumlah pasar tradisional tersebut. Maaf yang merecoki biasanya para pemain sayap yang merasa tersisih pada tender, sehingga merasa tidak puas dan bermain sayap agar sedikit puas atau berikutnya sebuah situasi diciptakan hanya untuk menaikan posisi tawar dari atau para pihak yang memang suka bermain diranah itu.

Dalam kasus revitalisasi pasar Limbangan Kabupaten Garut, misalnya cukup lumayan alot hingga menguras banyak energi dan memaksa semua pihak untuk menjadi bagian dari perguliran proyek revitalisasi pasar terbesar di Kawasan Garut utara tersebut. Soalnya masih menyisakan banyak persoalan salah satunya adalah berlarut-larutnya pembangunan pasar tersebut hingga berujung pada sengke hukum di PTUN gara-gara IMB dan apalah-apalah itu, yang secara sepintas dipandang tidak akan bermasalah namun ternyata malah seru membuat para pedagang dan investor  kadang ragu-ragu antara maju dan menunggu. 

Pelajarannya adalah memang semua pihak terkait harus sangat cermat dan teliti tidak asal jadi, masalahnya jika persoalan datang lantaran kekeliruan itu pasti makin keliru dan tidak sempurna endingnya..

Sekali lagi pasar limbangan memberikan gambaran bagaimana para elit birokrasi kita di Garut pada saat awal revitalisasi pasar tersebut digulirkan, semua hanya memandang sebagai lahan mendapatkan "pamulangan", baik dari proses perijinan maupun uang sekedar bulak-balik diluar aturan kedinasan. Bagi pihak-pihak diluar sayap kewenangan, tentu saja membuat juga situasi agar ikut kebagian, maka lengkaplah sudah persoalan sehingga berlarut dan larut dalam ketidak pastian.

Perkembangannya kini sudah cukup lumayan, bangunan fisik terus menjelma mendekati finish pada hitungan enam bulan kedepan kurang lebih dan saatnya kini menentukan siapa cerdas memiliki tempat, atau mengalah karena memang tidak pernah mengelola kekalahan menjadi kekuatan. Aturan yang akan berlaku kemudian adalah siapa cepat ia dapat, siapa terlambat siap-siap disiap. Ini hukum dalam bisnis karena sebuah investasi jelas-jelas harus kembali. Ketika Bangunan sudah selesai menjelma tentu saja siapapun berminat dan punya uang dapat memilikinya karena juga berlaku batas toleransi bagi siapapun pedagang meski sejak awal memilikinya kalau kesempatan telah banyak diberikan untuk kepemilikan prioritas tidak diindahkanya jadi salah siapa "ceuk  pengembang...??".

Memang ini problematikanya, sebab kadang pemerintah terkait dalam bidang pembinaan pedagang kadang tidak memiliki formulasi yang mumpuni untuk tetap membuat mereka suvive dalam berbagai perubahan dipasar yang bersangkutan. Ini perlu dipikirkan sebelum memutusakan merevitalisasi pasar, pertimbangkan juga nasib para pedagang agar tidak tersingkir pemilik uang itu baru pemerintah peduli. jadi kepedulian itu tidak cukup berhasil membangun pasar menjadi bagus tetapi bagaimana juga mendidik mental pedagang yang juga siap mengelola keuangan agar bisa kembali memiliki lapak dagangan setelah berhasil direvitalisasi.

Sok kadang karunya oge kanu investasi, banyak cerita miring dengan kesimpulan kapok invesatsi di Garutmah rea pisan masalahna, untungnya can puguh buntungna geus hampir sapat ini persepsi yang harus segera dipertimbangkan, tidak hanya oleh pemerintah tapi juga warga masyarakat semuanya jika kita ingin memiliki daerah yang cepat maju..Aya ku rupa-rupa macemna kawas patlot gambar waenya..." Cag ah..!! 

 


Tuesday, March 3, 2015

Golkar Oh Golkar Nasibmu Kini...



Partai yang kokok sekokoh lambang beringin yang menjadi kebanggaanya kini memang sedang diterpa angin kencang, meski mungkin belum termasuk badai melanda keluarga partai warisan orde baru tersebut tentu saja makin terasa. Faktanya sudah jelas ada dua kubu yang saling mengklaim kepengurusan di tingkat pusat yang merefresentasikan Ical (Abu Rijal Bakri) dan Agung Laksono dimana keduanya merupak para penerus estapeta partai beringin tersebut.

Tentu saja bagi sebagian kalangan pengamat politik, kondisi partai golkar yang kini mengalami keretakan internal bukan hal yang aneh dan luar biasa, karena jauh-jauh sebelumnya juga sudah banyak dibaca dan diprediksi jika suatu ketika akan terjadi pula pucuk konflik ditubuh partai gemuk tersebut dalam krangka perjalananya. Pertanyaannya, Apakah ini sebuah upaya dari kiri, kanan dalam rangka mematikan Golkar sebab sudah sangat teruji kejayaanya pada beberapa dasawarsa? atau memang semata-mata karena para elit Golkar memang sudah sangat bosan menjalankan nahkoda partai datar-datar saja sehingga perlu ada goyangan supaya makin solid atau apa itu istiahnya..

Namun ketika sudah masuk diranah perselisihan, sepertinya menjadi sangat mengganggu dan tidak nyaman terhadap para penggawa partai ditingkat bawah, bahkan masyarakat pada umumnya yang selama ini menjadi objek dari setiap langkah dan gerak gerik partai menjadi bercermin balik. Apa iya golkar masih peduli rakyatnya sementara elitnya berseteru dan bersitegang terus..."Jawaban para elit juga tidak kalah sengit, "kan ini semua dilakukan demi rakyat agar jelas program dan mutu partai untuk rakyatnya", Kitu cenah Abah jeung si Miun malah ngurut dada asa teu kaharti kulogika jawaban kitumah. Nu pasti memang syahwat para elit partai sedang dirasuki ketakutan jika tidak lagi memiliki jabatan elit dipartai, atau sebaliknya karena gensi keinginannya tidak terpenuhi maka apapun akan dicari dan dijadikan celah memenuhinya...Ceuk si Miun ini bahayaa...

Wah..wah..Apa yang tertawa dibalik kisruhnya internal partai-partai besar tanah air ini? tentu ada dan sangat mudah meneaknya cari saja siapa lawan politik terus lari kemana para elit yang berseteru dari masing-masing kelompok muaranya dapat degan mudah ditebak.

Selamat berjuang Golkar, benahi internal jangan pertontonkan adegan yang memalukan untuk rakyat kita yang sama sekali tiidak menyukainya...

KPK Serahkan Kasus Komjen BG Ke Kejagung..??Apa Kata si Miun...



Dibawah kendali Pimpinan sementara KPK Taufiqurahman Ruqi, rasa-rasanya malah terasa hampa bukan lagi membuat hentakan dengan daya gedor yang super keras dan kuat, kini malah terlihat layu dan lunglai. Padahal kasus bejibun baik pengaduan maupun hasil penyelidikan sebelumnya harus dituntaskan KPK. Apakah benar lantaran terlalu banyak tugas atau Kasus Korupsi yang harus dituntaskan KPK, sehingga penanganan kasu Komjen Budi Gunawan (BG) akhirnya diserahkan ke Kejaksaan Agung untuk menuntaskannya. Ini pertanyaan si Miun tetangga Abah dipadepokan percenahan. 

Mohon maaf dalam kaca pandang abah tanpa kaca mata dan sedikit minus plus sekian angka, rasa-rasanya hambar gitu gimanaa? apakah ini tanda-tada jika KPK akan hanya tinggal nama, yang hanya sempat mengisi lembaran sejarah reformasi hukum Indonesia terutama dalam pemberantasan Korupsi. 

Korupsi itu yaa...jelas-jelas telah membuat bangsa ini tidak pernah menemukan kata maju dan sejahtera pada rakyatnya, melainkan tetap dalam posisi negara ketiga atau berkembang tentu saja kembang kempis nahan gejolak dan kembang kempis nahan tuntutan rakyat yang mulai terus bertanya kapan sejahteranya. Sementara klaim banyak pihak Indonesia ini kaya potensi, kaya ragam sumber daya alam dan yang lainnya yang mestinya tidak membuat warganya tetap sengsara. Ini pertanyaan mendasar sehingga KPK juga harus lahir dari kandungan gerakan reformasi yang bergulir pada beberapa dasawarsa kebelakang..

Kembali pada substansi, terkait dengan penyerahan penanganan kasus BG ke Kejagung, ini menjadi ingi bertanya besar mengapa jadi begini? atau karena gara-gara KPK memang penyidiknya sebagian berasal dari Polri? sehingga ada semacam harga pertimbangan institusi sama-sama penegak hukum. Tapi sejujurnya itu kurang pas, apakah kembali rakyat akan dipencundangi dengan keadaan pemberantasan korupsi yang masih terlilit kaki terikat tangan? wah bisa bahaya kharisma dan wibawa lembaga superbody untuk melawan korupsi ini lama-lama hanya jadi maung ompong atau macan tanpa taring. Jika dalam istilah kalangan santri pesantren seperti memperlakukan kondisi sebuah "cetakan mushaf Quran yang sudah tua dan usang, dibaca tidak diinjak tentu saja berdosa", ini yang harus diwaspadai jangan sampai KPK hanya jadi rujukan anti korupsi tapi koruptor dibiarkan masih aman menyelinap dalam ruang dan bngkai institusi yang ada, sekali lagi bahaya..

Kembali lagi pada substansi, rasanya cukup gerah juga dan ikut bertanya, mengapa ramai-ramai pegawai KPK saja unjuk rasa terkait penyerahan penanganan Kasus BG ke Kejagung tersebut, ada apa? tentu patut diduga ada hal yang janggal dan tidak masuk dilogika penegakan hukum bagi KPK yang selama ini jadi rujukan dan harapan banyak orang.  Wah seperti ada wibawa yang hilang atau memang sengaja dihilangkan karena ada sesuatu yang diagendakan (Suudzon dikitlah mungkin sengaja karena alasan apa gitu), tapi tetap tidak bisa diterima.

Sebenarnya mungkin karena KPK tidak mau lagi berseteru dengan Institusi Kepolisian tempatnya BG bernaung, bukankah Polri juga sama memiliki kekuatan untuk memberantas Korupsi seharusnya memang mengedepankan niatan bersih-bersih dari dalam baru lancar membersihkan diluaran. Intinya jika didalam institusinya masih belum bersih maka risih juga menjangkau yang lain. Itu sebabnya KPK harus membantu membersihkan agar wibawa Polisi kembali menjadi dambaan rakyatnya dengan sesungguhnya bukan dambaan dengan kecemasan atau kekecewaan lantaran masih banyak ulah oknum yang mengotorinya.

Mohon maaf...logika kami belum bisa menerima alasan Pak Ruqi mengambil kebijakan menyerahkan Kasus BG ke Kejagung meski bisa saja Kejaksaan lebih lugas dan tegas menanganinya, namun tentu saja kita masih harus menunggu perkembangannya...Mangga..!!  

Monday, March 2, 2015

Tatakrama, Tatakrasa yang Memudar



Lagi-lagi menyoal tatakrasa atau juga tatakrama yang menata sopan dan santun diantara sesama memang cenderung mulai luntur seiring dengan perkembangan teknologi yang kerap kali disalahkan sebagaia penyebab lunturya nilai-nilai moral bangsa, padahal sebenernya belum tentu juga jika penguatan terhadap mental-mental kita semua rasa-rasanya tidak terlalu bermasalah. Bukankah ini memang tantangan hidup yang harus dijalani dan dijalankan agar roda harmonisasi kehidupan tetap berjalan seiring sejalan dengan dinamika yang berkembang.

Hampura...da bukan hanya disatu daerah saja kita mendapatkan penurunan kualitas kehidupan dari sisi etika norma dan tatakrama kesopanan tersebut, melainkan hampir merata disejumlah belahan Indonesia lainnya juga hampir merata kita sedang menghadapi dekadensi moral yang nota bene sudah berlangsung sejak lama sebenarnya, Jika kita jujur kata-kata Dekadensi moral saja gaungnya terdengar sejak belasan tahun silam dimana barangkali pada saat itu terucap kata Dekadensi teradap moral dimana memang kondisinya sudah teramat sangat memprihatinkan.

Persoalannya memang tidak sesederhata itu, banyak faktor dan banyak variabel yang terkait satu sama lain sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tata kelola Bangsa dan Negara ini dalam beberapa Dasa Warsa terakhir ini. Maaf tidak bermaksud menyalahkan para pemimpin Bangsa karena belum tentu juga bersalah, malah mungkin yang bersalah adalah kita semua sebagai Bangsa selalu lengah dan menganggap mudah dari satu persolan ke persolan lainnya sehingga tidak pernah tuntas menyelesaikan persoalan itu , makanya jadi bom waktu pada saat-saat tertentu... 

Belakangan aksi geng motor anak remaja, aksi pencabulan dan perkosaan malah hampir tidak ada bedanya dilakukan pada berbagai tigkatan usia ini barangkali yang disebut dengan istlah tanpa pandag bulu tanpa melihat latar belakang, sebab benar-benar pelakunya juga sangat bervariatif mulai dari tingkat usia hingga starta sosial rupa-rupanya terwakili.

Ini memang faktanya dan kita sejenak dibuat bingung apa yang menyebabkannya?? barangkali jika kita berkhusnudzon karena kita memang banyak menjauhi tuhan, lebih banyak berhamba pada materi sehingga lupa diri lupa keadaan. Istigfar ajalah...

Lagi-lagi kini muncul kejahatan "bega", sebenarnya sejak jaman dulu juga begal malah lebih sadis dan ganas namun biasanya berada dipegunungan atau hutan yang merupakan lintasan yang dapat dilalui harus dengan nyali dan pemberani. Tapi kini Begal itu dilakukan dilingkungan  yang sebenarnya masih sangat dekat dengan kita. Ini berarti memang sekarang sedang berada pada tahap dimana kita kadang tidak menyadari berada dimana dengan sipa dan sedang apa.  Buktinya sipelaku masih bukan orang jauh dan asing melainkan masih dari lingkungan sekitar kita. Ironisnya memang  amarah yang memauncak karena berbagai faktor sebelumnya juga sepertinya harus menghakimi dengan aksi bakar pelaku atau aksi siksa masal hingga pelaku kadang  meninggal seketika...Ini harus menjadi renungan kita bersama....

Ahok Memang Hebat, Siapa Lagi Gubernur Berani Beraksi...



Memang baru Ahok yang berani menohok jantung para politisi di elit legislatif DKI Jakarta. Gubernur Ahok atau Basuki Tjahaya Purnama memang layak mendapatkan dua jempol bahkan empat jempol sekaligus. Jika melihat sepak terjangnya yang menunjukan prinsip ketegasan yang didasari keterbukaan dan kejujuran tentu saja benar-benar menohok jantung para penggemar begal uang rakyat.

Meski belum tentu kebenarannya terkait temuan Dana Silumen versi Ahok bernilai Triliunan rupiah, namun tentu saja ini harus dinilai sebagai sebuah bentuk keberpihakan terhadap rakyat yang selama inipula tidak pernah secara jelas dan mengena saat menikmati kue pembangunan yang konon dananya mencapai triliunan rupiah. 

Bayangkan saja jika uang yang dapat dipermainkan bisa mencapai Triliunan rupiah, maka keterlaluian jika masih banyak anak jalanan dan orang terlantar malah makin menyesaki jalanan ibu kota. Apa ini Bukan Fakta..?? tentu saja semuanya sepakat. Bahwa Ahok memang hebat. Andai saja benar Ahok bisa selamatkan uang dari ancaman begal yang jelas-jelas berada dalam satu selimut sebagai sebuah lembaga yang seharusnya benar-benar berpihak pada rakyatnya.

Kaget dan "Disitu Kadang saya merasa sedih..." Kok tega-teganya mereka berencana memperkaya diri dari dana-dana tidak jelas yang jelas-jelas milik rakyat dari dan seharunya diperuntukan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pantas...pantas kesejahteraan rakyat itu hanya ada dalam percakapan dan janji politik semata, sebab dalam implementasinya kalah oleh keserakahan para bandit kuat dan kandel kulit beungeut, maaf pinjam kata-kata si Miun "euweuh ka era menta dukungan rahayat tapi merampok duit yang mendukungnya", semoga saja tidak...

Dalam konteks sikap Ahok yang seperti ini, rasa-rasanya berani polling sms pasti semuanya mendukung, dan hampura tidak ada lagi makna dukungan untuk para legislator kita yang masih doyan berkotor-kotor.

Semoga saja KPK segera merespon dengan cepat pengajuan atau laporan Ahok terkait dugaan penyimpangan oleh para politisi di DKI tersebut. Dan segera tangkap serta adili dengan mengungkap semua bukti-buktinya agak masyarakat kembali menguat kepercayaannya kepada Institusi penegak hukum. penjarakan mereka yang mencoba bermain dengan uang rakyat, sebeb jika dibiaran itu tidak hebat...

Selamat Ahok...Gubernur yang menjadi pelaku sejarah serta saya suka menjadi bagian dari penonton atau saksi dari torehan sejarah Ahok dalam menunjukan integritasnya sebagai anak bangsa...maju terus pantang mundur...Abah nunggu apa akan muncul lagi Gubernur lainnya yang bermental Ahok, berani tegas serta lugas...hebat,,...hebat...!! 

Sunday, March 1, 2015

Musim Batu, Musim Elit Beradu



Apa memang karena karakteristik batu yang keras dan kadang juga mudah hancur berantakan kalau sekalinya dipecahkan..?? Batu memang begitu adanya, khusunya batu Akik atau batu permata yang kini memasuki era kejayaan atau pamor batu akik  yang sedang berada dipuncaknya. Tidak perduli batu jenis apapun asal batu warnanya menarik tampilannya mengkilat pasti disapu peminat sabodo dengan harga tinggi yang penting batu akik.

Inilah yang terjadi, pemandangan ini memang bukan kali pertama meraih puncak atau kejayaan dipasar atau dibursa para kolektor batu antik atau batu permata, melainkan seperti memerankan siklus persekian tahunan dimana ada saatnya pamor batu naik ada juga turun dan biasa-bisa lagi. Nah kali rupanya puncak kejayaan batu yang amat sangat terangkat dan terdongkak, hingga membetot berbagai kalangan harus menjadi bagian dari eksistensi batu, mulai kalangan bawah hingga menegah atas turut serta jatuh cinta pada batu.

Entah apa yang menjadi penyebabnya, entah keberhasilan para kolektor memamerkan batu-batu koleksinya dengan mensugesti harga hingga sefantastik mungkin atau memang karena banyaknya batu yang melimpah ruah, atau memang karena diotak masyarakat kita sedang kosong dari objek berbau materi menggiurkan sehingga batu yang melambung menjadi objek kemudian. Rasanya biasa benar semuanya. 

Dibilang ulah dari para kolektor untuk mengangkat koleksinya memang benar, karena dikalangan kolektor batu akik memang sejak awal adalah bisnis yang menggiurkan. Atau karena memang karena kondisi masyarakat Indonesia khususnya sedang berada pada masa dimana pemandangan yang dapat memberinya sesuatu hasil itu yang akan menjadi incarannya. Sebab seperti halnya batu, saat ini rasanya lebih meudah menjual batu daripada menjual emas, ini memang faktanya.

Terlepas dari itu semua, apa benar gara-gara musim batu kemudian banyak masyarakat atau elitnya makin terbawa jadi senanf beradu? Ini juga jika dikait-kaitkan rasanya tidak terlalu salah, meskipun sejak belum musim batu juga namanya beradu dan berantem memang selalu ada dan menjadi biasa sepertinya. Misalnya beradu pemikiran diantara para elit politik dalam membela prinsif dan kepentingannya itu biasaa...beradu paham antar para akademisi mempertahankan agumentasinya mungkin juga demi reputasi dan validitas keilmuannya itu juga biasaa...malah yang tidak biasa perseteruan diranah hukum terasa kental aroma kepentingannya juga malah terasa paling mendominasi saat ini, meskipun sebelumnya juga kasus yang sama juga terjadi padahal batu tidak lagi booming.

Jadi musim beradu antar elit sebenarnya bukan lantaran pamor batu akik lagi naik, melainkan memang saat ini lagi senag beradu lantaran diadu-adukan lantaran kepentigan yang berbeda jauh antara satu sama lainnya sehingga sulit lagi seirama. Kita sebagai Rakyat ada yang mulai menyadari sedang menjadi objek penderita dari pertarungan elit, ada juga yang malah ikut serta menjadi bagian pertarungan lantaran memiliki sedikit harapan jika menang akan kecipratan.

Jadi ujungnya memang terkait dengan pendapatan, baik itu berupa materil dalam bentuk harta kekayaan ataupun berupa investasi belatar gengsi dimana tidak boleh tersisih lantaran saya memang sebagai penguasa, bisa saja ini juga pemicunya.

Memang dimusim batu, fenomena elit beradu semakin terasa kental meskipun mugkin hanya secara kebetulan saja..Sok teruskeun tukang batu sing beunghal, sok yang berseteru juga harus tuntas bermuara pada kesejahteran Rakyat jika itu benar untuk Rakyat...