• This is Slide 1 Title

    This is slide 1 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

  • This is Slide 2 Title

    This is slide 2 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

  • This is Slide 3 Title

    This is slide 3 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

Monday, August 31, 2015

Giliran PKL Harus Bersabar...Semua Butuh Proses....



Hallo Garut..!!
Pembaca yang Budiman...!!

Memang susah dan tidak semudah membalikan telapak tangan untuk dapat mengatasi masalah yang tanpa masalah, mungkin baru sekedar jargon saja "Mengatasi Masalah Tanpa Masalah", karena pada kenyataanya setiap menyelesaikan masalah pasti akan memunculkan masalah yang baru dan begitulah seterusnya selama siklus kehidupan ini berjalan. Hanya saja dikemudian hari siapa yang dapat meminimalisir masalah saat menyelesaikan masalah mungkin itulah yang dimaksud sukses tanpa ekses.

Menyoal penertiban Pedagang Kaki Lima pusat Kota Garut yang sudah rampung dan kini pusat kota mulai terlihat wajah cantiknya, masih saja menyisakan masalah, dimana masalah yang muncul kini tidak lebih dari sebuah masalah yang memang datang dari para PKL itu sendiri, meski sudah disediakan lapak relokasi, sudah disediakan tempat pengganti masih saja mengeluh dan merasa itu adalah masalah yang berat buat mereka. Padahal beban sesungguhnya jika ratusan PKL ini juga mau berbagi adil dan mau berbagi kesedihan tidak hanya para PKL malah jauh lebih parah dari mereka juga ada.

Artinya segala sesuatu jika tidak didasari dengan kesadara untuk kembali memulai berusaha dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain tentu saja tidak ada masalah bagi mereka meski jelas saja penghasilan mereka akan berkurang drastis atau malah untuk sementara waktu memang harus kehilangan penghasilan,  lantaran ditempat yang baru belum ramai untuk berdagang. Tetapi semua itu berproses dan jika mau bersabar tentu saja akan menerima buah manis dari kesabarannya.

Rasa-rasanya langkah penertiban yang dilakukan pemerintah sudah sesuai dengan rekomendasi sebagian rakyat yang menghendaki pusat kotanya rapi dan bersih sehingga betah dan nikmat merasakannya.

Sekali lagi memang ada resiko yang harus ditanggung bersama, namun juga tidak berarti para PKL harus meminta balik berjulan mengganggu kerapihan pusat kota, yang harus dipikirkan bersama saat ini adalah bagaimana membuat tempat relokasi PKL yang baru kembali ramai dan normal untuk berjualan. 

Kuncinya barangkali bukan dengan terus menerus berdemo mendatangi DPRD mengadukan nasib, meskipun itupun tidak salah, namun alangkah baiknya semua sepakat mencari jalan bagaimana untuk berinovasi dan berkreatifitas agar dapat meramaikan lokasi pusat relokasi PKL menjadi ramai dan dapat dijadikan lahan mencari nafkah dengan aman dan sesuai ketentuan.

Memang perlu berbagai cara untuk memperjuangkannya, dan itu yang dinamakan dengan mental berdagang dan jiwa enterpreneur sejati.*** 

 

Rupiah Melemah, Tanya Kenapa..??



Presiden Jokowi telah memberikan jawaban terkait terus melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar america yang kini tembus diangka Rp. 14.000,- lebih per dolar. Sebuah sejarah memilukan yang baru, jika nilai tukar rupiah sejeblok itu dimata dolar america. Terang saja  dengan cepat akan memicu melemahnya daya beli masyarakat dan mengancam ribuan buruh untuk siap-siap, siapa lebih cepat dirumahkan atau di PHK. Dan bahkan kabarnya telah mencapai puluhan ribu buruh pabrik yang kini kehilangan pekerjaan.

Jawaban Presiden Jokowi yang terlontar melalui media masa nasional bahwa situasi melemahnya nilai tukar rupiah disebabkan situasi global dimana posisi Indonesia tidak terlepas dari pergerakan yang terjadi pada belahan dunia lainnya, bahkan menurut Jokowi jika dibanding sejumlah negara lain Indonesia masih terbilang tidak seberat mereka alias masih "untung".

Nah ini kadang yang membuat bangsa Indonesia selalu menerima apapun keadaanya karena di Indonesia dan pada kultur bangsa Indonesia pemegang adat istiadat ketimuran yang senantiasa memegang prinsip " UNTUNG",.... "untung tidak terkena kepala, cuma kena kaki itu batu"...Coba bayangkan Kaki  terkena benturan batu masih untung, itu batu tidak kena kepala. Demikian juga dengan nilai tukar rupiah melemah, "Untung baru pada kisaran 14.000 rupiah dan belum nemembus 20.000 rupiah..." he..he.."

Mungkin  Presiden juga masih ingin mengatakan, masih untung situasi Indonesia jika dibanding Malaysia atau korea utara dan korea selatan yang terus berseteru, dan  atau masih untung jika dibandingkan dengan negara-negara yang kini bergejolak situasi politiknya, sementara Indonesia masih terbilang aman.

Memang kadang orang Indonesia tidak mau tahu di untung dan kadang memang para pemimpin Indonesia juga selalu berlindung dibalik kata-kata "Untung".

Untung selalu dijadikan alasan untuk berkilah dan sekedar membela diri lantara ketidak berdayaan dan ketiadak mampuannya membuat situasi negeri ini stabil dan normal.

Memang kadang kita tidak tahu diuntung, memangnya gampang jadi pemimpin..??, namun kadang pemimpin kita juga tidak tahu diuntung sudah diercaya jadi pemimin negeri ini juga masih saja tidak bisa menjaga kepercayaan rakyatnya.

Indonesia memang beruntung selalu, meski sudah hampir terperosok masih beruntung belum jatuh semua, kalaupun suatu waktu jatuh beneran masih untung tidak ada luka....dan terus untung dan untung...baru terasa jika sudah buntung beneran tapi kadang masih untuk jika belum mati juga...

Saturday, August 22, 2015

Usia RI 70 Tahun Dengan 7 Presiden, Kemakmurkan Raktyat Masih Jauh Tanggah Kalangit



Memang usia Kemerdekaan Republik Indonesia sudah cukup lumayan tua jika dibandingkan dengan usia rata-rata manusia, dimana usia 70 Tahun adalah usia dengan bonus 10 tahun jika rata-rata usia hidup manusia Indonesia misalkan pada 60 tahun saja. 

Tentu saja, usia 70 tahun mulai senja jika pada usia manusia, Kulit mulai keriput, rambut mulai beruban, badan membungkuk dan jalanpun mulai tertatih-tatih diselingi ingatan yang mulai banyak lupanya daripada ingatnya serta bicara mulai kaku dan gagap tidak selantang saat masa-masa muda dulu.

Namun sebaliknya, usia 70 tahun republik Indonesia yang katanya sudah merdeka selama rentang waktu itu, tetapi apa tujuan dan cita-cita kemerdekaan sama sekali masih samar-masar dan banyak penafsiran yang suram terlihat indah dipandang namun pahit dirasakan. Apa iya 70 tahun Indonesia ini merdeka kita memiliki kemerdekaan seutuhnya. Jika kemerdekaan yang dimaksud adalah pejajah bersenjata henkang dan memberikan kedaulatan pada bangsa kita, mungkin memang benar kita sudah merdeka. Namun jika merdeka adalah bebas dan makmur sejahtera, rasa-rasanya benar-benar masih belum merdeka kita ini.

Apa yang menjadi sebab negara ini masih saja seperti jalan ditempat dan mengulang periodesasi kepemimpinan yang jauh tidak lebih jauh buruknya ada periode kepemimpinan satu kepada periode kepemimpinan berikutnya, yang ada adalah kekosongan kursi kepemimpinan diisi sebatas mengisi saja dan belum bisa menunjukan kita kedaulatan yang diamanatkan kepundak kepemimpinan bangsa ini belum juga dijalankan dengan benar-benar membuat rayat kita sorak bahagia dan makmur hidup, bahagia menjalani hari-hari yang merdeka ini.

Sekali lagi 70 tahun usia republik ini, dengan 7 Presiden pernah tercatat memimpin negeri ini, tapi rasa-rasanya masih menunjukan rasa yang sama dan aroma yang itu-itu juga, Rupiah terpuruk, dolar merajai bursa, kemiskinan naik signifikan, subsidi dan sibsidi tak pernah mensejahterakan malah yang ada makin tidak jelas subsidinya, siapa yang disubsidi dan siapa yang menikmatinya....Hampura merdeka masih perlu dievaluasi makna sesungguhnya... 

Saturday, August 15, 2015

Merdeka Itu Harusnya Makmur Sejahtera



Mungkin memang cita-cita para leluhur kita pejuang kemerdekaan negeri ini dulu adalah berusaha sekuat tenanga bercucur darah dan air mata untuk merebut kemerdekaan ini, hanya satu kata kelah dikemudian hari dapat mempersembahkan negara merdeka ini kepada anak cucunya generasi penerus dengan makmur dan sejahtera.

Saya yakin seribu persen jika pendahulu kita para pejuang kemerdekaan, merebut kemerdekaan ini karena ingin anak cucunya lepas dari penjajahan dengan segala bentuknya dan menikmati kemerdekaan ini dengan kemakmuran dan kesejahteraan. 

Namun apa yang terjadi..?? Negeri ini baru dapat mensejahterakan segelintir orang dan memakmurkan beberapa lapisan atas saja, sisanya jutaan rakyat dinegeri yang katanya merdeka ini masih belum benar-benar merdeka jika parameternya merdeka itu Makmur dan Sejahtera.

Si Miun juga setuju jika merdeka terbebas dari belenggu penjajahan negara lain memang negeri ini sudah merdeka. Iya Merdeka baru dari kaca pandang merdeka lantaran tidak ada lagi tekanan perang atau apapun itu bentuk intimidasi dan paksaan dibawah kekuasaan negara lain dengan kekuatan militernya.   

Sementara dalam makna luas rasa-rasanya negara ini termasuk rakyatnya semua masih harus terus berjuang memerdekakan diri rakyatnya dari belenggu kemiskinan dan keterpurukan lantaran negara belum mampu memberikan jaminan hidup layak secara utuh bagi rakyatnya.

Jika setiap datang HUT kemerdekaan RI hingga usia 70 tahun ini masih juga mendengar rakyat menjerit tercekik kenaikan harga bahan pokok, petani menjerit kekeringan, pekerja meradang tidak pernah ada kenaikan gaji dan tunjangan tentu saja, merdeka yang sesungguhnya ini baru sebatas-angan-angan. 

Jadi bukan membesarkan seremonila hingga menghambur-hamburkan uang untuk seremonial mensyukuri lepas dari penjajahan 70 tahun silam yang sebenarnya harus kita besarkan, tetapi bagaimana membakar pratiotisme warganya agar berpikir ulet, bekerja cerdas dan keras serta menempatkan posisi kesetaraan sehingga negara besar ini benar-benar maju tdak lantas stagnan jalan ditempat dan ditempat jalan itu-itu saja padahal sudah jauh meninggalkan 70 tahun dari proklamasi kemerdekaan yang didengngkan Soekarno-Hatta kala itu.

Yuuk Mikir lagi...yuuuk...kenapa masih begini...meski ini sudah cukup lumayan tapi jika dibandingkan dengan sejumlah negara lain didunia yang sama-sama merdeka pada era yang sama Indonesia terbilang masih jauh ketinggalan...Silahkan baca literatur negara-negara yang merdeka barengan Indonesia, mereka sudah melesat maju dan menjulang tinggi dideretan negar-negara maju dan bukan berada digrade tengah negara berkembang....duuuh...

Wednesday, August 5, 2015

Pengulangan Peristiwa Memilukan Didunia Pendidikan Indonesia



Bukan hanya sebuah prestasi yang terukir yang menjadi pengulangan dalam sejarah pendidikan Indonesia, melainkan juga beraneka ragam peritiwa memilukan telah menjadi bagian dari lingkaran dunia pendidikan Indonesia kita.

Setiap tahun setiap kali itu pula Ironi dunia pendidikan Indonesia mengemuka seakan menjadi langgaran sorotan berita dari hampir seluruh media profesional, hingga menjadi bincag hangat dan hujatan diberbagai media sosial yang ada.

Apakah gerangan yang terjadi dengan dunia pendidikan Indonesia kita ini, sehingga seperti menjadi agenda tahunan saja, jika yang teragenda adalah prestasi rasa-rasanya sah sah saja bahkan mungkin bagus terdengar dan terlihatnya, namun jika yang terekspos adalah suatu yang memilukan tentu saja ini yang dinamakan dengan ironi pendidikan kita. 

Sebut saja sekolah ambruk lantaran bangunan sudah tua tidak pernah mendapat renovasi, rusak gara-gara pelaksana proyek bangunan sekolah seenaknya, korupsi yang juga masih membayangi para oknum didunia pendidikan, hingga yang selalu heboh adalah Masa Orientasi Siswa  (MOS) untuk SMP/SMA dan SMK atau Orientasi Pengenalan Kampus yang dulu lebih dikenal OSPEK, kini selalu saja menyumbangkan pemandangan yang memilukan. 

Beberapa tahun terakhir selalu melahirkan korban meninggal lantaran berbagai sebab terkait dengan jenis kegiatan yang disebut MOS atau OSPEK tersebut. Baik korban meninggal lantaran kelelahan setelah dipress mengikuti kegiatan tersebut, ada juga dikabarkan meninggal dunia lantaran akibat kekerasan seniornya sebagai bagian dari ajang balas dendam lantaran, sebelumnya mereka pernah mengalami hal yang sama dari seniornya. Lantas siapa dan apa yang salah ?

Ceuk si Miun yang salah adalah "Uang", kenapa menjadi uang yang disalahkan?,  si Miun menjawab rileks sambil senyum sedikit kecut. "lantaran kegiatan tersebut kerap kali menjadi ladang uang bagi oknum disekolah atau siapapun yang hobi mengumpulkan recehan berdalih kegiatan pembinaan dan upaya mendidik mental dan sejenisnya", duuuh ma enya Miuuun.

Kesimpulannya ceuk si Miun selama MOS, atau apalah itu namanya masih ada, tentu saja peristiwa serupa akan terualang kembali dan menghentikan kegiatan tersebut berarti harus menghilangkan salah satu lahan penghasilan bagi beberapa oknum di sekolah yang masih juga mencari-cari peluang berkedok kegiatan.

Dipikir pikir bisa ada benarnya juga analisa si Miun itu, tapi juga tidak seluruhnya benar, lantaran banyak kegiatan MOS atau OSPEK yang tidak lagi menggunakan biaya lantaran biayanya sudah mencakup langsung pada anggran  sumbangan pendidikan atau apalah istilahnya orang-orang pintar disekolah yang menciptakan alokasi anggaran agar mereka kebagian.(he..he...sama saja yaa..)

Maaf ini bukan menuduh jika sebagian ada benarnya kita harus berani mengakui, namun jika salah juga harus ada analisa lainnya sehingga akar persoalannya terbuka dan solusi menyelesaikannya juga terbuka. Intinya segala bentuk yang berpotensi penyalahgunaan baik itu kewenangan maupun apapapun itu segera dihentikan. Titiiiik....!!!