NR adalah gadis belia kelas XII Sekolah Menengah di Garut, Jawa Barat. NR lahir pada 18 Nopember 2000 di Kampung Palahan RT 03 RT 01 Desa Margalaksana, Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut.
NR terlahir buah kasih sayang dari ayah bernama Igun Agus Dadi dan ibu bernama Heni Marlina. NR anak keempat dari lima bersaudara. Sayang, ketiga kakaknya meninggal sewaktu kecil sehingga ia kini menjadi anak tertua di keluarganya.
NR memang berasal dari keluarga yang sangat sederhana bahkan tergolong kurang mampu. Ayahnya saat ini bekerja sebagai pengumpul barang rongsokan (pekerjaan yang sudah beberapa bulan ini ditekuninya semenjak NR jatuh sakit dengan alasan supaya dekat dengan sang anak), sedangkan ibunya hanya mengurus rumah tangga (sebelumnya pernah bekerja sebagai TKW di Abu Dhabi).
Saat ini NR seharusnya tengah manghadapi ujian menjelang kelulusan. Sayang, penyakit yang terus menggerogotinya semenjak September tahun lalu membuatnya terancam tidak dapat mengikuti ujian. Kini, NR hanya bisa terbaring pasrah di rumahnya yang sederhana.
Peristiwa itu bermula di September 2017. Sepulang sekolah, NR pulang hujan-hujanan, hingga malamnya NR mengeluhkan kakinya yang terasa pegal-pegal dan terlihat membengkak. Orang tuanya kemudian memanggil tukang pijat untuk memijat kaki NR.
Saat dipijat, ternyata tidak hanya bagian kaki, tetapi hampir seluruh bagian tubuh mulai mengeluh kesakitan. Tidak disangka, besoknya seluruh tubuh, terutama bagian perut NR jadi membengkak dan berlangsung beberapa waktu lamanya.
Memasuki Oktober 2017 Keadaan NR malah semakin mengkhawatirkan. Khawatir keadaan anaknya bertambah parah, orangtua NR membawanya ke RSUD dr. Slamet Garut. NR sempat melakukan cek darah dan tes urin. Hasil diagnosa, dokter menyebutkan bahwa NR menderita bocor ginjal (sedikit/kecil) dan lambung serta disarankan untuk melakukan rawat inap.
Keadaan keuangan keluarga membuat orangtua terpaksa tidak mengikuti saran dokter. NR kembali dibawa pulang ke rumahnya. Bukannya membaik, keadaan NR semakin mengkhawatirkan. Tubuhnya terus membengkak. Dari semula beratnya berkisar 40 kg saat ini menjadi 67 kg. tidak hanya itu, saat menangis, matanya langsung membengkak dengan kantung mata kehitaman. Bahkan, pernah dalam satu hari satu malam hanya dapat berbaring di tempat tidur. Tidak dapat beraktivitas apapun.
Selain bengkak, di bagian kaki juga kerap dijumpai sejumlah luka kecil yang mengeluarkan darah bening. Baca Juga Kopi Luwak Garut Hadir di Teras Bale Tingtrim Pujasega Luka itu sulit sekali sembuh. Darah bening yang keluar sulit dihentikan.
Kondisi tersebut berlangsung berminggu-minggu. Akibatnya, Ujian Tengah Semester (UTS) pun harus dilakukannya di rumah. Upaya mengobati penyakit anaknya terus dilakukan. Desember, NR kembali dibawa berobat. Kali ini NR berobat di klinik yang ada di wilayah Bungbulang. Dokter yang memeriksa kembali mendiagnosa penyakit yang sama, yaitu ginjal dan lambung.
Karena masih penasaran, NR dibawa ke dokter yang berbeda (masih di wilayah Bungbulang), hasilnya tetap sama. Diagnose dokter menyebutkan NR menderita ginjal, lambung, dan paru-paru. Kali ini, dokter menyarankan NR agar segera dirawat. Lagi-lagi, kondisi ekonomi yang membuat pengobatan tidak dilakukan secara tuntas. Pengobatan lebih sering dilakukan dengan mengandalkan obat-obat tradisional yang sayangnya hanya sebatas mengandalkan informasi alakadarnya di sekitar tempat tinggalnya.
Kondisi NR pun tidak membaik. Atas saran kerabatnya, di Januari 2018, NR dibawa ke pengobatan alternatif di Pangalengan. Di sana, NR didiagnosa tidak hanya menderita ginjal, tetapi juga lever. NR disarankan berobat secara rutin. Namun, lagi-lagi persoalan biaya menjadi kendala.
Hingga saat ini NR masih terbaring di rumahnya. Tubuhnya layaknya perempuan yang tengah mengandung sembilan bulan. Sejak semester dua, NR tidak bisa lagi ke sekolah. Padahal beberapa hari lagi, ia dan teman-teman sekolahnya akan mengikuti ujian, mulai dari ujian praktik, ujian simulasi, ujian sekolah, sampai ujian sekolah.
”Setiap pagi, anak saya hanya dapat memandangi sepatu dan seragam sekolahnya yang sudah lama tidak dapat dipakainya karena ukuran kakinya semakin membesar,”tutur Heni ibu kandung NR. Heni berharap, anaknya dapat ditangani medis secara baik sehingga penyakitnya diketahui dengan pasti.
Namun, (lagi-lagi) ketiadaan biaya menjadi kendala. Perlu diketahui, keluarga NR tidak mempunyai kartu BPJS. Akibatnya, seluruh biaya pengobatan harus ditanggung oleh pihak keluarga.***JMB ***jika anda peduli membantunya bisa menghubungi Apip Guru SMAN 7 Bungbulang +6285353009637