• This is Slide 1 Title

    This is slide 1 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

  • This is Slide 2 Title

    This is slide 2 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

  • This is Slide 3 Title

    This is slide 3 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

Friday, March 31, 2017

Tahun Politik, Tahunnya "Ngomongin Rakyat Leutik"



Sepakat rakyat kecil atau "rakyat leutik" hingga kini belum menjadi sejatinya subjek politik melainkan masih asyik menjadi objek bulan-bulanan politisi untuk menggol-kan ambisi politiknya.

Rayat kecil sejatinya memang menjadi besar setelah disentuk berbagai kekuatan politik, besar bisa saja dalam makna meningkat derajat kesejahteraan, meningkat derajat kesehatan, meningkat derajat pengetahuan hingga dimuliaka kedudukan dalam starta sosial yang benar-benar mapan.

Namun apa yang terjadi tahun politik yang datang silih berganti ibarat roda berputar baru sebatas menggugurkan kewajiban sebagai agenda tahuan, dua tahunan, atau lima tahunan sesuai kalender politik kita di Indonesia. Sama sekali boleh dihitung jari berapa yang terangkat harkat dan derajatnya dari hajatan politik disetiap tahun politik, jawabannya hitung saja sendiri paling yang meraup untung para artis politisi, para calon dan calo politik, para sopir dari kendaraan politik hingga tukan sound system atau para intertainment kaasup artis dandut dan para seniman yang diberi panggung untuk mengisi keramaian saat pesata pengantar politik dimulai.

Terus rakyat pemilik kedaulatan dimana? rakyat kecil yang selalu dijual seperti merek kecap selalu nomor satu posisinya mau sampai kapan jadi rakyat kecil yang diklaim dibela dan dilindungi serta diangkat derajatnya..."Ko masih saja mereka banyak yang berteriak kesulitan mencari makan, kesusaha mencari gas elpiji bersubsidi, harus ngantri sembako karena langka akibat harga merangkak naik"....Ini yang harus kita renungkan bersama seberapa terikat sih nasib rakayat kecil dengan kekuatan politik yang selalu mengklaim wadahnya rayat leutik...

Sudah beberapa guliran tahun politik berlangsung mulai pilkada serentak, pilkades serentak hingga pileg dan pilpres bakal juga digelar serentak...lantas mana riak itu semua pengaruhnya terhadap objek politik kita itu...

Rasa-rasanya kita baru berhasil mengantarkan beberapa gelintir orang yang pintar mendulang suara untuk menduduki beberapa posisi politik hingga menjadi pejabat publik yang hidup dan tergantung dari uang yang katanya dipungut dari rakyat lewat berbagai regulasi pajak, penghasilan sumber daya alam yang merupakan warisan anak cucu mendatang.

Aroma tahun politik untuk ajang pemanasan puncak politik tanah air sudah terasa dalam dua tahun terakhir diawali pilkada serentak 2017 dan pilkada serentak 2018 mendatang hingga puncaknya pileg dan pilpres 2019 tentu saja ini butuh energi besar bagi rahayat mempersiapkan mentalnya. 

Nama rakyat kecil terutama akan kembali dipinjam dan seolah dimuliaka melalui selogan yang terpampag dispanduk dan baligo serta iklan politik diberbagai media dan tentu saja akan makin dahsyat melalui media sosial yang telah menjadi milik semua orang dibelahan dunia ini.
Selamat Menikmati Tahun Politik wahai rakyat leutik...!!

Menggugat Ibu...Apa Benar Bentuk Kasih Sayang..??

Amih (85) Ibu yang digugat Ibu Kandungnya gara-gara Kasus utang piutang


Dunia memang masih seperti ini, usianya makin tua memang ya..karena tanda-tanda tuanya dunia sudah mulai nampak dan muncul satu persatu sesuai keyakinan dan kesiapan mengimani tanda-tanda alam atau disebut dengan ayat-ayat kauniah (maaf dalam bahasa santri).

Apa ini juga bagian dari tanda-tanda dunia sudah tua sehingga peristiwa memilukan menggores luka sang Ibu seorang tua renta harus berurusan dan berperkara lantaran ulah atau perbuatan anaknya. Informasinya memang gara-gara utang piutang yang jika dihitung jumlah tidak seberapa jika dibanding utang Ibu Pertiwi Indonesia pada sejumlah negara donor selama ini.

Tapi ini memang beda, meski nilai utang tidak seberapa tapi menjadi beberapa persoalan ketika ada nurani banyak rasa yang tergoda terusik oleh ulah yang menyeret ibu kandungnya ke perkara di Pengadilan meski urusan perdata.

Nilainya gugatannya 1,8 Miliar rupiah besar memang jika ukuranya seorang janda tua reta berusia 85 tahun dengan luka tersayat dirahimnya yang harus mengandung dan dirobek 13 anak kandung yang dilahirkan dari rahim yang dimilikinya.

Adalah Siti Rokayah alis Amih (85) tahun warga Kecamatan Garut Kota ini kini memang mengundang perhatian banyak kalangan karena harus berhadapan dengan hukum karena ulah anak kandungnya sendiri dalam kasus tersebut.

Ironisnya dari ke 13 anak yang lahirkan dan besarkan ada satu anak yang memberinya anak menantu si raja tega raja tanpa rasa karena mengedepankan rasanya sendiri tanpa meraba rasa yang bergejolak didada ibu kandung dan ibu mertunaya...terbayang gak seperti apa hancurnya hati seorang ibu diteror kasih sayang dengan menyeretnya kepersidangan...Katanya itu bentuk kasih sayang mereka untuk bundanya tercinta...

"Duh hampura Gusti Indung Anu ngandung bapa nu ngayuga indung malah wajib disanjung sok puja sabab jelas aya katerangan nana...sagoreng-gorengna indung boga senjata pamungkas doa tur gerentes hatena nu hamo bisa katebak bisa karampa kusaha wae oge kecuali ku nurani anu bersih kurasa kalayan dasar ikhlas kakara bakal katara...prak lenyepan yuk urang titenan dimana jeung kumaha nu sabenerna urang kudu mirosea indung nu samistina..".***TGM

  

Thursday, March 16, 2017

Terusik, Semangat Mengusung Gelar Pahlawan Bagi RA Lasminignrat Kembali Bergelora



Kembali terusik semangat itu tiba-tiba menggelora seperti menemukan celah dan lubang kembali terbuka mengepulkan asap perjuangan yang sempat tenggelam seiring memudarnya semangat dan rasa memiliki sejumlah elit yang selalu datang dan pergi dalam periodesasi kepemimpinan di Garut.

Sosok itu adalah perempuan hebat pada jamannya meski sepak terjangnya memang seperti sengaja dikubur dan dibungkam karena ada beberapa persoalan yang mengganjal saat era kolonialis belanda menguasai negeri ini, termasuk ditatar Garut sebagai sebuah daerah kekuasaan yang juga kental dengan nuansa kolonialis, sehingga warganya larut dalam hantaman kekuasaan penjajah.

Bangkitnya semangat juang kaum perempuan untuk memerdekakan dari kebodohan dan belenggu penjajahan Belanda dalam segala upaya pembodohannya kala itu, mendapatkan perlawanan halus dan lembut dari sentuhan seorang ningrat perempuan berdarah Garut dan Sukapura yairu Raden Ayu Lasminingrat.

Meski sepak terjangnya luput dari ganjaran sejarah berbeda jauh dengan RA Kartini dan Raden Dewi Sartika yang lebih dulu mendapatkan penghargaan negara sebagai Pahlawan Perempuan yang menerangi gelapnya belenggu pembodohan belanda terhadap kaum perempuan pribumi kala itu.

RA Lasminingrat sejatinya memiliki posisi yang sama dengan Kartini dan Dewi Sartika bahkan seharusnya jauh lebih dulu karena kiprahnyapun berdasarkan fakta-fakta peninggalan yang hilang ditelan bombardir Jepang pada saat tiba giliran menjajah seluruh pelosok Nusantara. Semua bukti sejarah kejuangan Lasminingratpun turut serta bumi hangus dalam biadabnya penjajahan Jepang kala itu. Maka ganjaran yang seharusnya didapat Lasmingrat luput bahkan seperti terputus...

Lapas dari semua itu, masih ada secerca harapan yang selayaknya terus diperjuangkan warga Garut pada era ini, dimana sosok perempuan hebat itu seharusnya menjadi simbol majunya peradaban perempuan Garut yang kini cucu buyutnya telah menjadi bagian penting negeri ini dalam berbagai posisi dan jabatan yang sudah dijalani masing-masing.

Begitulah ketika lukisan sejerah berjalan dengan irama dan masanya,  maka sejalan dengan itu pula bangkitnya semangat mengusung perempuan pejuang asal Kabupaten Garut berdarah Ningrat Sukapura ini, harus kembali diapresiasi dengan harapan mampu kembali memperjuangkan hak-hak inteletual perempuan yang telah berjasa pada kiprahnya dulu dijaman kolonialis Belanda.

Era ini ditahun ini harus dengan penuh semangat upaya mengusung kembali RA Laminingrat agar mendapatkan gelar pahlawan dari pemerintah Indonesia secara resmi kembali digelorakan sebagai bagian dari semangat menghargai jasa-jasa para pendahulu yang telah berbuat banyak untuk negeri ini.

Berawal dari sebuah ketidak tahuan atau unsur kesengajaan pemerintah Garut yang saat ini berkuasa atau apapun penyebabnya yang tiba-tiba berencana memugar bangunan saksi sejarah RA Lasminingrat, sejalan dengan itu gelora semangat mengusung gelar pahlawan bagi RA Lasminingrat kembali bergairah dan bergelora diberbagai tingkatan yang memiliki kewajiban memperjuangkannya. Semoga saja gayung bersambut dengan para pemegang kebijakan dan pemilik kewenangan untuk memberikan gelar itu sesuai dengan haknya yang dipandang layak berdasarkan bukti-bukti sejarah perjuangannya.
   
Garut, 17032017