Kembali terusik semangat itu tiba-tiba menggelora seperti menemukan celah dan lubang kembali terbuka mengepulkan asap perjuangan yang sempat tenggelam seiring memudarnya semangat dan rasa memiliki sejumlah elit yang selalu datang dan pergi dalam periodesasi kepemimpinan di Garut.
Sosok itu adalah perempuan hebat pada jamannya meski sepak terjangnya memang seperti sengaja dikubur dan dibungkam karena ada beberapa persoalan yang mengganjal saat era kolonialis belanda menguasai negeri ini, termasuk ditatar Garut sebagai sebuah daerah kekuasaan yang juga kental dengan nuansa kolonialis, sehingga warganya larut dalam hantaman kekuasaan penjajah.
Bangkitnya semangat juang kaum perempuan untuk memerdekakan dari kebodohan dan belenggu penjajahan Belanda dalam segala upaya pembodohannya kala itu, mendapatkan perlawanan halus dan lembut dari sentuhan seorang ningrat perempuan berdarah Garut dan Sukapura yairu Raden Ayu Lasminingrat.
Meski sepak terjangnya luput dari ganjaran sejarah berbeda jauh dengan RA Kartini dan Raden Dewi Sartika yang lebih dulu mendapatkan penghargaan negara sebagai Pahlawan Perempuan yang menerangi gelapnya belenggu pembodohan belanda terhadap kaum perempuan pribumi kala itu.
Meski sepak terjangnya luput dari ganjaran sejarah berbeda jauh dengan RA Kartini dan Raden Dewi Sartika yang lebih dulu mendapatkan penghargaan negara sebagai Pahlawan Perempuan yang menerangi gelapnya belenggu pembodohan belanda terhadap kaum perempuan pribumi kala itu.
RA Lasminingrat sejatinya memiliki posisi yang sama dengan Kartini dan Dewi Sartika bahkan seharusnya jauh lebih dulu karena kiprahnyapun berdasarkan fakta-fakta peninggalan yang hilang ditelan bombardir Jepang pada saat tiba giliran menjajah seluruh pelosok Nusantara. Semua bukti sejarah kejuangan Lasminingratpun turut serta bumi hangus dalam biadabnya penjajahan Jepang kala itu. Maka ganjaran yang seharusnya didapat Lasmingrat luput bahkan seperti terputus...
Lapas dari semua itu, masih ada secerca harapan yang selayaknya terus diperjuangkan warga Garut pada era ini, dimana sosok perempuan hebat itu seharusnya menjadi simbol majunya peradaban perempuan Garut yang kini cucu buyutnya telah menjadi bagian penting negeri ini dalam berbagai posisi dan jabatan yang sudah dijalani masing-masing.
Begitulah ketika lukisan sejerah berjalan dengan irama dan masanya, maka sejalan dengan itu pula bangkitnya semangat mengusung perempuan pejuang asal Kabupaten Garut berdarah Ningrat Sukapura ini, harus kembali diapresiasi dengan harapan mampu kembali memperjuangkan hak-hak inteletual perempuan yang telah berjasa pada kiprahnya dulu dijaman kolonialis Belanda.
Era ini ditahun ini harus dengan penuh semangat upaya mengusung kembali RA Laminingrat agar mendapatkan gelar pahlawan dari pemerintah Indonesia secara resmi kembali digelorakan sebagai bagian dari semangat menghargai jasa-jasa para pendahulu yang telah berbuat banyak untuk negeri ini.
Berawal dari sebuah ketidak tahuan atau unsur kesengajaan pemerintah Garut yang saat ini berkuasa atau apapun penyebabnya yang tiba-tiba berencana memugar bangunan saksi sejarah RA Lasminingrat, sejalan dengan itu gelora semangat mengusung gelar pahlawan bagi RA Lasminingrat kembali bergairah dan bergelora diberbagai tingkatan yang memiliki kewajiban memperjuangkannya. Semoga saja gayung bersambut dengan para pemegang kebijakan dan pemilik kewenangan untuk memberikan gelar itu sesuai dengan haknya yang dipandang layak berdasarkan bukti-bukti sejarah perjuangannya.
Garut, 17032017
https://saglamproxy.com
ReplyDeletemetin2 proxy
proxy satın al
knight online proxy
mobil proxy satın al
P0LA