Thursday, March 5, 2015

Hutan Rusak, Siapa Bertanggung Jawab..??



Idealnya seluruh warga masyarakat yang harus bertanggung jawab. cuman jika seluruhnya bertanggung jawab tentu saja hutan kita tidak akan rusak. Sabab yang terjadi saat ini adalah karena sudah tidak ada lagi tanggung jawab kolektif diantara seluruh komponen warga, sehingga rusaklah hutan kita.

Menyoal keruskan huta memang banyak faktor banyak variabel dimana satu sama lain saling berkaitan. Jika dirunut semuanya bermuara pada dosa-dosa kita pada anak cucu yang akan lahir dan meneruskan hidup dialam marcapada ini. Kenapa kita yang berdosa? karena kita telah mewariskan kerusakan yang amat sangat pada anak cucu kita kelak. Jujur saja memang kita semua termasuk yang saat ini ada harus mewarisi hutan rusak setelah itu bukan memperbaiki yang rusak malah menambah kerusakan pada sisa hutan yang masih utuh ternyata disentuh juga dan dijamah dan dirambah dengan membabi buta. Matak teu kabayang kumaha engkena cenah...

Merunut penyebab kerusakan hutan sama dengan menelanjangi muka kita semua, sebab kenyataan membuktikan semuanya terjadi akibat keserakahan kita yang serba salah dan mendapat warisan yang salah sehingga kebagian rugi tidak lagi dapat menikmati keutuhan hutan yang seharusnya dijaga dan dilesatrikan. Mohon maaf sebab kebijakan pembukaan lahan pada akhirnya bermuara juga pada perusakan hutan sebab manipualasi juga terjadi pada saat membabat hutan dengan alasan membukaan lahan baru untuk pemukimankah, hutan produksikah atau malah perkebunan dan lain sebagainya yang telah menyumbang rusaknya hutan kita yang merupakan paru-paru dunia dalam kaca pandang Internasional atau dalam skala golab tentu saja sejumlah negara tetangga juga turut bergantung pada hutan Indonesia yang hanya tersisa persekian persen saja dari sebelumnya pada saat hutan lebat dan hebat.

Banyaknya alih fungsi lahan memang menjadi salah satu penyebab keruskan hutan dan ekosistem kita saat ini, derasnya pemburu dolar dari ekspor kayu membuat pembabatan dan perambahan hutan juga menjadi sangat membabi buta dan sulit dikendalikan, mulai skala kecil perorangan hingga berkedok pemegang HPH atau Hak Penebangan Hutan dan apapun namanya yang seolah-olah legal, ternyata pada kenyatannya selalu terselih proses tidak legal untuk menambah keuntungan. Misalnya peruntuka semula x hekatar menjadi xxx hektar sehingga makin bertambahlah kerusakan yang terjadi. Belum lagi perubahan iklim yang kini menjadi dapak dari menyempitnya hutan kita membuat semakin rawan kebakaran hutan lantaran boleh jadi cuaca yang makin panas saat kemarau tiba atau lagi-lagi kerena sengaja dibakar untuk dan atasnama rupiah deui wae kaditunamah.

Kita saat ini hanya kebagian gereget dan ngurut dada sebab bagaimanapun gencarna upaya penghijauan yang akan dan telah dilakukan dengan biaya ratusan miliar hingga triliunan sepertinya belum cukup ampuh untuk mengembalikan hutan-hutan kita yang rusak...Susah memang, sebab kesadaran menamam pohon penghijauan saja tidak cukup jika tidak dibarengi dengan kegiatan perawatan dari seluruh lapisan masyarakat...Ini problemnya. ...

Jika kita harus memaksakan diri masing-masing untuk menyadari jika hutan itu untuk kita semua jangan dirusak hanya karena lantaran tidak memiliki mata pencaharian kecuali dengan menebang kayu sembarangan karena hanya itu yang bisa dijual untuk hidup sehari-hari, rasa-rasanya ini juga perlu dicarikan solusinya agar hidup bergantu dari pencurian kayu yang jelas-jelas ilegal harus dihentikan dengan mensejahterakan para pelaku dengan usaha yang lain yang lebih menjanjikan, sebab penjara saja tidak cukup ampuh membuat para pelaku jera..Ini juga problemnya...  

0 comments:

Post a Comment