Monday, March 9, 2015

Ketika Rupiah Melemah, Ceuk Si Miun Bukan Urusan Saya



Memang bukan urusan saya, sama sekali saya tidak mengurusi itu, yang saya urus dua ekor kambing, satu anak kelas 3 SD sama satu orang itri dan kini masih tinggal ngontrak di Kostan milik salah seorang tetangga yang kebetulan punya banyak kamar kosong dibelakang rumahnya. "Ini kata si Miun saat mendapatkan informasi rupiah terus melemah hingga tembus 13 ribu rupiah perdolar AS". Sekali lagi ceuk si Miun sayamah teu apal boro-boro mikiran dolar menguat kemudian rupiah melemah, mikirin anak jajan juga susahnya setengah mati. Beda dengan orang-orang senang bisa mati ketawa lataran serba ada saya mungkin mati kecewa lantaran susah mencari rupiah.

Ini benar-benar kondisi dimana Indonesia sepanjang perjalannya kali ini mendapatkan tamparan kuat dengan harga tukar mata uangnya sedemikian tinggi hingga lambat laun jika tidak segera diantisipasi dapat berimbas pada sektor lain terutama sektor riil yang menggunakan bahan baku import, tapi sebenarnya memang tidak terlalu berpengaruh terhadap kondisi rumah tangga si Miun-mah karena si Miun bukanlah produsen sebuah produk atau peruahaan yang memproduksi barang-barang dengan produk baku import, namu tetap saja sebagai bagian dari komponen rahayat Indonesia lambat laun akan merasakan bahkan telah terdampak lebih dulu karena mulai merasakan susahnya mencari sesuap nasi.

Terus kalau yang ngusrusi rupiah agar menguat pada dolar siapa yaa?? ya siapa lagi kalau bukan pemegang kebijakan tertinggi, karena biasanya rupiah dan harga dolar di Indonesia sangat rentan terpengaruh oleh kebijkan yang dikeluarkan "Desicion Maker", misalnya kebijakan menaikan BBM sebelum BBM nya naik Dolarnya sudah naik duluan, kebijaka menjelang memutuskan sesuatu terkait nasib negeri, ini selalu saja didahului oleh bayang-bayang ancaman naiknya dolar dan melemahnya rupiah. Apa ini dalah pemandangan atau resiko sebagai negara yang sedang berkembang dan terlalu lama berkembangnya, hinga kembang keburu layu buah tak kunjung datang. Makanyanya wayahnya, sebagai rakyat masih harus bersabar sampai benar-benar keluar "Kartu Indonesia Sabar"...

0 comments:

Post a Comment