Harusnya memang begitu...Petani sejahtera, hasil tani melimpah memberikan berkah dan yang terpenting tidak mejadikan petani sapi perah yang setiap saat bekerja seolah berguna tapi dipandang sebelah mata. Ini yang penting... Ketahanan pangan adalah bagaimana mampu mengangkat harkat derajat petani yang biasa identik dengan starta sosial kurang mumpuni, menjadi sejajar dengan profesi lain sebagai pemberi manfaat yang luar biasa besar bagi kesinambungan bangsa dan negara ini.
Dapat dibayangkan bagaimana jadinya jika petani kita terus terpuruk dan beralih pofesi mencari pekerjaan lain dan meninggalkan kebiasaan bercocok tanam, maka dapat dipastikan jika kedepan tidak akan mudah lagi kita mendapatkan gabah, beras, buah-buahan serta makanan pokok lainnya, sehingga sangat mungkin kita akan bergantung pada kekuatan import yang juga mulai menemui problem yang sama. Kesulitan mencari import bahan pangan lantaran mungkin juga sejumlah negara lain didunia, warganya tidak lagi tertarik bertani apalagi bagi sejumlah negara yang tidak memiliki kesuburan tanah seperti belahan Indonesia dari ujung ke ujung subur makmur...
Dalam program Ketahanan Pangan Nasional ini, pemerintah harus menjadikan profesi bertani sebagai profesi yang memiliki masa depan cerah, menjanjikan serta memberikan peningkatan taraf hidup tidak hanya sekedar. Diambil manfaatnya dicampakan pelakunya ini bahaya sebab sebagaimanapun kuatnya program ketahanan pangan ini digulirkan jika tidak menjanjikan buta para pelakunya maka akan menjadi sia-sia dan tidak memberikan ketertarikan untuk menggelutinya.
Saat ini bertani identik dengan utang dan utang...Ngutang biaya pengolahan lahan, ngutan untuk beli benih unggul, ngutan untuk beli pupuk lantaran mahal. Apalagi belakangan subsidi pupuk dan benih cenderung disalah gunakan oleh perkebunan-perkebunan yang nota bene digarap oleh perusahaan-perusahaan yang berorientasi laba usaha, namun dengan seenaknya mendapatkan asupan pupuk dan benih bersubsidi...Ini harus dikaji da dievaluasi.
Jika demkian adanya tidak ada salahnya jika subsidi pupuk atau benih dialihkan pada sektor lain yang dapat mempertahankan stabilitas daya beli petani sehingga dari musim tanam ke musim panen tidak melulu bergantung pada utang dan utang yang harus dilunasi dan dibayar dikemudian jika hasil panennya melimpah...Kemudian jika penennya gagal maka bersiap-siaplah utang-utang para petani ini makin berjubel dan mempersempit semangat untuk terus eksis jadi petani...
Cerita ini mungin sedikit berbeda dengan petani berdasi, yaitu petani yang hanya meminjam nama karena hekekatnya dia malah berinvestasi, bukan karena dia memang penggarap dan pelaku pertanian, malah ia adalah sama hanya penerima manfaat yang kadang-kadang mentalnya sama, tidak senang jika melihat penati-petani desa tumbuh dan berkembang kesejahteraannya...
0 comments:
Post a Comment