Semakin terlihat aslinya, sesungguhnya asalinya adalah seperti yang tidak pernah mempertimbangkan jika tanggungjawab mengelola negara ini adalah berat, sesungguhnya seperti tidak pernah menduga jika mengelola negara ini adalah sebuah beban yang super hebat yang menuntut penanganan serius serta membutuhkan kemampuan intelektual sebagai negarawan yang tangguh dan handal.
Artinya kemampuan sebagai inteluktual benar-benar dipertaruhkan agar masa kepemimpinnannya mumpuni dan melahirkan kebijakan yang serba pro rakyat dan prodemokrasi bahkan pro sepenuhnya untuk kesejahteraan rakyat. Namun pada kenyataannya kini kebijakan nya malah pru-pro menambah ketidak berdayaan bagi kaum lemah dan menambah sulit bagi kaum pakir dan menambah gemuk kaum kikir. halaaaah...Dimana atuh kebijakan pro rakyat yang kono kabarnya akan diusung menjadi landasan membangun Indonesia kedepan.
Gerakan gerakan awal benar-benar telah digunakan untuk kepentingan bagus dipermukaan dan cantik pada tampilan semata, sehingga disimpulkan banayak kalangan masih dalam kerangka pencitraan dan terus pencitraan sementara tidak pernah melihat ada kebijakan yang populer yang cepat dirasaka oleh warganya.
Semua hasil kebijakannya kini mengambang dan mengawang-ngawang, seluruhnya malah menyisakan pertanyaan dan tidak memberikan jawaban atas kepenasaranan warganya yang menanti gebrakan-gebrakan yang tidak hanya berbau sensasi untuk memuaskan hasrat pencitraan semata, melainkan banyak diharapkan memberi solusi. Dan solusi itu bukan yang membebani negara dan rakyatnya, bukan mencabut subsidi ataupun mengalihkannya pada yang belum jelas teruji.
Jualan berbagai macam kartu sakti yang dulu gencar dan nyaring dipanggung-panggung kampanye kini nyaris tak terdengar lagi, bukan karena memang kartunya sudah hilang namun gaungnyapun pelan-pelan makin tidak populer lagi sebab itu tadi belum benar-benar menyentuh jantung rakyat kecil yang berada digaris paling dasar starta sosial warga bangsa ini.
Ampun bukan bermaksud berisik kemudian berfikir yang tidak jelas tentang konsep kepemimpinan bangsa saat ini, melainkan memang perlu diingitkan agar berhati-hati tidak asal blusukan sebab belusukan bagi seorang Presiden itu membutuhkan banyak dana dan berdampak kurang nyaman bagi sekelilingnya karena Undang-undang mengisyaratkan keluyurannya seorang pejabat tinggi negara itu terpaku aturan dan protokoler Istana yang tentu saja tidak juga bisa diabaikan begitu saja.
Jika hasil blusukan Presiden dan sejumlah menteri kabinetnya masih bermuara pada BBM kembali dinaikan, kemudian ketersediaan pangan nasional mulai terusik harga-harga kebutuhan pokok tidak asyik maka itulah maknanya perlu dievaluasi, jika blusukan saja tidak cukup asyik dan tidak menjadi solusi bagi problem bangsa saat ini.
Parahnya lagi melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar yang tiba-tiba mencapai nilai cukup lumayan tinggi karena dipastikan para periode-periode sebelumnya tidak pernah terjadi setinggi itu.
Lucunya gaung hukuman mati bagi para terpidana narkoba asal Australia mendadak melemah tanpa alasan yang jelas setelah sejumlah intervensi datang bertubi-tubi dari pihak Australia yang begitu gigih dan ganas memperjuangkan warganya agar tidak dihukum mati. Lagi-lagi ini telah mematikan rasa hormat warganya terhadap Presidennya yang seakan mulai tidak menunjukan ketegasan dan kedaulatannya. Sebab semenjak santernya protes Australia tiba-tiba gaung eksekut matai yang hanya tinggal hitungan hari mendadak tidak jelas ujung pangkalnya. Padahal itu simbol kedaulatan negara sebagai pemilik kedaulatan sebagai negara dan bangsa yang merdeka...
0 comments:
Post a Comment