Wednesday, March 4, 2015

Dinamika Revitalisasi Pasar Limbangan, Membuat Investor Kapok



Hallo Garut..!!
Pembaca yang Budiman...!!

Ada sebuah pertanyaan yang kadang menggelitik ketika dilakukan penataan atau pembangunan pasar tradisional disejumlah daerah selalu saja menuai masalah. Istilah para pengembang selalu tidak mulus dan penuh warna kadang penuh dusta padahal kan idealnya idak boleh ada dusta diantara kita...Ini ada penyebab yang secara logika memang susah-susah gampang ditebaknya. 

Mungkin karena ketika melakukan revitalisasi pasar tradisional terlalu banyak menampung isi kepala para pedagang termasuk mengurusi nasib isi perut warga pedagang dan keturnannya. Kemungkinan berikutnya karena ada rasa memiliki secara turun temurun dalam iklim bangunan pasar yang para pedagang tinggali, sehingga merasa lebih dari sekedar punya hak, padahal memang pasar itu berkembang karena di bangun dan dikembangkan oleh pemerintah dengan segala regulasinya. Ini yang kadang kita lupa, pedagang lupa dan semua lupa apalagi ada pihak berkepentingan mendompleng dibelakangnya jadi kadang kisruh menjadi biasa. Kemungkinan berikutnya adalah banyaknya para pihak yang merecoki terkadang sering berimplikasi pada susahnya proses investi pada pengembangan sejumlah pasar tradisional tersebut. Maaf yang merecoki biasanya para pemain sayap yang merasa tersisih pada tender, sehingga merasa tidak puas dan bermain sayap agar sedikit puas atau berikutnya sebuah situasi diciptakan hanya untuk menaikan posisi tawar dari atau para pihak yang memang suka bermain diranah itu.

Dalam kasus revitalisasi pasar Limbangan Kabupaten Garut, misalnya cukup lumayan alot hingga menguras banyak energi dan memaksa semua pihak untuk menjadi bagian dari perguliran proyek revitalisasi pasar terbesar di Kawasan Garut utara tersebut. Soalnya masih menyisakan banyak persoalan salah satunya adalah berlarut-larutnya pembangunan pasar tersebut hingga berujung pada sengke hukum di PTUN gara-gara IMB dan apalah-apalah itu, yang secara sepintas dipandang tidak akan bermasalah namun ternyata malah seru membuat para pedagang dan investor  kadang ragu-ragu antara maju dan menunggu. 

Pelajarannya adalah memang semua pihak terkait harus sangat cermat dan teliti tidak asal jadi, masalahnya jika persoalan datang lantaran kekeliruan itu pasti makin keliru dan tidak sempurna endingnya..

Sekali lagi pasar limbangan memberikan gambaran bagaimana para elit birokrasi kita di Garut pada saat awal revitalisasi pasar tersebut digulirkan, semua hanya memandang sebagai lahan mendapatkan "pamulangan", baik dari proses perijinan maupun uang sekedar bulak-balik diluar aturan kedinasan. Bagi pihak-pihak diluar sayap kewenangan, tentu saja membuat juga situasi agar ikut kebagian, maka lengkaplah sudah persoalan sehingga berlarut dan larut dalam ketidak pastian.

Perkembangannya kini sudah cukup lumayan, bangunan fisik terus menjelma mendekati finish pada hitungan enam bulan kedepan kurang lebih dan saatnya kini menentukan siapa cerdas memiliki tempat, atau mengalah karena memang tidak pernah mengelola kekalahan menjadi kekuatan. Aturan yang akan berlaku kemudian adalah siapa cepat ia dapat, siapa terlambat siap-siap disiap. Ini hukum dalam bisnis karena sebuah investasi jelas-jelas harus kembali. Ketika Bangunan sudah selesai menjelma tentu saja siapapun berminat dan punya uang dapat memilikinya karena juga berlaku batas toleransi bagi siapapun pedagang meski sejak awal memilikinya kalau kesempatan telah banyak diberikan untuk kepemilikan prioritas tidak diindahkanya jadi salah siapa "ceuk  pengembang...??".

Memang ini problematikanya, sebab kadang pemerintah terkait dalam bidang pembinaan pedagang kadang tidak memiliki formulasi yang mumpuni untuk tetap membuat mereka suvive dalam berbagai perubahan dipasar yang bersangkutan. Ini perlu dipikirkan sebelum memutusakan merevitalisasi pasar, pertimbangkan juga nasib para pedagang agar tidak tersingkir pemilik uang itu baru pemerintah peduli. jadi kepedulian itu tidak cukup berhasil membangun pasar menjadi bagus tetapi bagaimana juga mendidik mental pedagang yang juga siap mengelola keuangan agar bisa kembali memiliki lapak dagangan setelah berhasil direvitalisasi.

Sok kadang karunya oge kanu investasi, banyak cerita miring dengan kesimpulan kapok invesatsi di Garutmah rea pisan masalahna, untungnya can puguh buntungna geus hampir sapat ini persepsi yang harus segera dipertimbangkan, tidak hanya oleh pemerintah tapi juga warga masyarakat semuanya jika kita ingin memiliki daerah yang cepat maju..Aya ku rupa-rupa macemna kawas patlot gambar waenya..." Cag ah..!! 

 


0 comments:

Post a Comment