Tuesday, September 27, 2016

Nasi Sudah Menjadi Bubur Banjirpun Melebur Pemukiman Bantaran Sungai




"Tak perlu ada yang disesali sebab semua itu telah terjadi," mungkin penggelan kalimat itu serasa standar dan biasa saja, disaat seseorang ingin mencoba menyakinkan jika semua serba mungkin terjadi disekeliling kita. Ingat Dunia ini Fana, atau rusak tidak baqa atau abadi karena kita memang berada dialam fana yang jauh dari keabadian.

Menyoal Banjir bandang Garut yang belum genap satu pekan berlalu rasa-rasanya memang terasa makin menyesakan, sesak bukan berarti bencana berlalu begitu saja, atau sesak karena korban masih belum kunjung ditemukan seluruhnya. Bukan karena itu sesak yang banyak dikeluhkan para korban bencana melainkan keterkejutan, kekagetan serta tidak menyangka akan luluh lantak dan rata dengan tanah baik itu pemukiman maupun infrastruktur lainnya.

Kita semua warga Garut memang terkejut, jangankan yang tinggal jauh dari jangkauan malapetaka banjir bandang tersebut, bahkan para korban sekalipun masih tidak percaya jika air datang sedahsyat itu setara dan sebanding dengan Tsunami di Pangandaran beberapa tahun silam....

Apa iya disungai ada Tsunami..??  Mungkin bukan lagi Tsunami jika disungai melainkan memang serbuan air yang dahsyat karena kontur sungai Cimanuk yang terjal dan curam sejak dari hulu hingga kehilir. Puluhan anak sungai dengan kontur curam semua mengucur deras menuju sungai induk Cimanuk, sama-sama setia mengirim air sesuai dengan teorinya jika air akan mengalir dari lokasi tinggi ketempat yang rendah.

Itulah sepertinya yang terjadi pada mula bencana akan terjadi, Selasa 20 September 2016 lalu cuaca mendung terasa biasa karena sudah hampir satu pekan Garut memang dirundug awan mendung dan diakhiri hujan deras. Namun pada saat selasa petang hingga malam rupanya curah hujan tak tertahankan merata turun disejumlah kawasan  menuju aliran sungai Cimanuk.

Jika biasanya kedua kawasan hulu sungai Cimanuk di Gunung Papandayan dan Gunung Cikuray tidak pernah bersamaan turun  hujan deras dengan intensitas tinggi, namun pada Selasa petang bahkan ada kabar disejumlah titik hujan turun lebih awal sejak pagi dan ada juga yang  turun sejak siang hari.

Hingga menjelang tengah malam hujan mula reda dan Naudzubillah Tsuma Naudzubillah...Hujan yang sedikit reda malah disusul gemuruh air sungai Cimanuk yang tiba menerjang sejumlah kawasan permukiman, tanpa basa basi melibas apa kata teori kekuatan air yang dahsyat memang  meluluh lantakan kawasan permukiman.

Begitulah jika bencana melanda tidak pernah pilih lahan, pilih orang, pilih bulu, pilih takhta pilih starta, semua pada gilirannya adalah sama...

Tinggal dimana kita memposisikan diri jika kita tergolong orang yang beriman dan bertaqwa, maka bencana itu adalah ujian agar keimanan dan ketakwaan terus bertambah, Namun sebaliknya jika kita tergolong orang yang banyak maksiat dan bergelimang dosa maka sudah dapat dipastikan jika bencana itu menghampir adalah adzab atau siksa agar semua orang kembali memuji sang maha Pencipta dengan segala kekuasaan-Nya... 

Sekali lagi...Bencana apapun itu termasuk banjir bandang Garut adalah teguran kepada kita semua untuk segera berintrofeksi diri masing-masing agar apapun itu menjadi pelajaran berharga agar tidak terulang kembali.

Meski sedih dan berduka...berbahagialah kita orang-orang yang hidup diera ini menjadi bagian dari sejarah peristiwa memilukan ditanah pasundang ditatar kota intan....Semoga para arwah korban meninggal tenang mendahului kita menjadi penghuni surganya Alloh karena mereka syahid saat berusaha ingin menyelamatkan diri tapi apa daya kedahsyatan alam membungkamnya. 

Bagi para koban selamat yang kini kehilangan harta benda dan sanak saudara semoga tidak terus larut dalam duka, mari kita maknai bersama bencana alam ini adalah ujian dan bukan adzab karena kita lalai pada Yang Maha Kuasa... Semoga tetap dberikan ketabahan dan ketegaran menjalani sisa tugas hidup kita...."Allohumma Azjirni Fiimusibatii Wakhlufli Khoeron Minnhaa..".
 

0 comments:

Post a Comment