Hallo Garut..!!
Pembaca yang Budiman...!!
Mencengangkan dan menjadi tamparan hebat bagi kita semua, saat tiba-tiba mendapati lonjakan jumlah warga Garut yang tercatat posistif mengidap
HIV/AIDS dengan grafik pertumbuhan malah cenderung terus meningkat setiap tahunnya dengan peningkatan signifikan.
Rilis pada bulan Oktober
2015 lalu tercatat angka 425 orang bayangkan dalam waktu satu bulan pertambahan mencapai 10 orang terinveski HIV/AID, dimana pada catatan bulan November telah menunjukan angka baru pada kisaran 435 orang. Ini angka yang sangat memprihatikan belum lagi yang secara diam-diam dan malu mengungkapkan tentu saja angka penderita HIV/AID Kabupaten Garut diperkirakan tembus angka jauh lebih besar dari angka yang terekam oleh petugas pencatat yang memiliki banyak keterbatasan.
Muncul pertanyaan, apa yang terjadi dengan kota kecil yang dikelilingi banyak pondok pesantren serta seabreg lembaga pendidikan pembinaan moral dan akhlak warganya ini, hingga tak berdaya lagi menghadapi gempuran serbuan penyakit masyarakat yang tampaknya telah pula membuat sendi-sendi religi makin tidak berdaya terjerat terjangan berbagai perdaya yang menggiurkan dari prilaku bebas masyarakatnya yang disebabkan banyak faktor.
Faktor-faktor yang kerap kali menjadi kambing hitam adalah lemahnya pengawasan berbagai pihak terhadap pranata sosial yang ada sehingga membuat kebocoran atau kerebekan disana sini.
Apa jawaban kita jika kemudian hampir semua Wanita Penjajak Sek Komersial (PSK) yang merupakan objek dan subjek berpotensi terkena HIV/AID ketika jawaban mereka melakukan kegiatan menjajaan cinta dengan sembarang pria lantaran desakan ekonomi, demi membayar kebutuhan hidup sehari-hari. Ini ngeri-nger sedap meski kebanyakan seringkali menjadi alasan klasik para PSK untuk mencari pembenaran ditengah lemahnya iman dan pemahaman akan pentinya hidup dekat dengan Tuhan bersama Agama patuh dan taat pada perintah-Nya.
Tapi memang apapun itu tidak boleh dianggap spele karena memang faktanya dari sekian banyak penderitan berlatar belakang pemandangan seperti gambaran ini. Memang dari sisi itu kita semua gagal memberi kesejahteraan yang merata sehingga tidak mampu menghapus alasan menjadi PSK karena faktor Ekonomi.
Lebih mencengangkan lagi ketika membaca fakta jika penderita HIV/AID adalah perempuan rumahan atau ibu-ibu rumah tangga yang sama sekali tidak tahu dan tidak mengerti apa arti dari semua itu, lantaran yang berdosa dari suaminya yang hidung belang yang biasa belanja cinta sembarangan tanpa mempertimbangkan keamanan dan keselamatan dirinya juga istri dan anaknya. Bukankah penularan HIV/AID juga sagat cepat melalui hubungan badan antara salah satu penderita dengan yang lainnya.
Ironisnya tidak dapat terselamatkan karena diketahui terlambat ketika penyakit telah merambat menggerogoti jasmani mereka lantaran lemahnya ruhani dari kedekatan terhadap ilahi.
Lantas apa yang harus kita perbuat bersama disaat 26 Kecamatan di Kabupaten Garut telah terpapar virus mematikan yang berasal dari prilaku sex bebas serta prilaku hidup tidak aman dari warga masyarakatnya lantaran lemahnya faktor pengetahuan dan lemahnya iman diantara kita.
Sesungguhnya ini tanggung jawab bersama warga Garut dan siapapun yang yang ada serta hidup berdampingan dengan sesamanya untuk segera menyadarkan atau berbagai pengetahuan terkait bahayanya virus HIV/AID yang telah banyak merengguk koban jiwa sia-sia lantaran tererangkap nafsu serta buta mata terhadap apa yang ada disekelilingnya.***
0 comments:
Post a Comment