Sepakat rakyat kecil atau "rakyat leutik" hingga kini belum menjadi sejatinya subjek politik melainkan masih asyik menjadi objek bulan-bulanan politisi untuk menggol-kan ambisi politiknya.
Rayat kecil sejatinya memang menjadi besar setelah disentuk berbagai kekuatan politik, besar bisa saja dalam makna meningkat derajat kesejahteraan, meningkat derajat kesehatan, meningkat derajat pengetahuan hingga dimuliaka kedudukan dalam starta sosial yang benar-benar mapan.
Namun apa yang terjadi tahun politik yang datang silih berganti ibarat roda berputar baru sebatas menggugurkan kewajiban sebagai agenda tahuan, dua tahunan, atau lima tahunan sesuai kalender politik kita di Indonesia. Sama sekali boleh dihitung jari berapa yang terangkat harkat dan derajatnya dari hajatan politik disetiap tahun politik, jawabannya hitung saja sendiri paling yang meraup untung para artis politisi, para calon dan calo politik, para sopir dari kendaraan politik hingga tukan sound system atau para intertainment kaasup artis dandut dan para seniman yang diberi panggung untuk mengisi keramaian saat pesata pengantar politik dimulai.
Terus rakyat pemilik kedaulatan dimana? rakyat kecil yang selalu dijual seperti merek kecap selalu nomor satu posisinya mau sampai kapan jadi rakyat kecil yang diklaim dibela dan dilindungi serta diangkat derajatnya..."Ko masih saja mereka banyak yang berteriak kesulitan mencari makan, kesusaha mencari gas elpiji bersubsidi, harus ngantri sembako karena langka akibat harga merangkak naik"....Ini yang harus kita renungkan bersama seberapa terikat sih nasib rakayat kecil dengan kekuatan politik yang selalu mengklaim wadahnya rayat leutik...
Sudah beberapa guliran tahun politik berlangsung mulai pilkada serentak, pilkades serentak hingga pileg dan pilpres bakal juga digelar serentak...lantas mana riak itu semua pengaruhnya terhadap objek politik kita itu...
Rasa-rasanya kita baru berhasil mengantarkan beberapa gelintir orang yang pintar mendulang suara untuk menduduki beberapa posisi politik hingga menjadi pejabat publik yang hidup dan tergantung dari uang yang katanya dipungut dari rakyat lewat berbagai regulasi pajak, penghasilan sumber daya alam yang merupakan warisan anak cucu mendatang.
Aroma tahun politik untuk ajang pemanasan puncak politik tanah air sudah terasa dalam dua tahun terakhir diawali pilkada serentak 2017 dan pilkada serentak 2018 mendatang hingga puncaknya pileg dan pilpres 2019 tentu saja ini butuh energi besar bagi rahayat mempersiapkan mentalnya.
Nama rakyat kecil terutama akan kembali dipinjam dan seolah dimuliaka melalui selogan yang terpampag dispanduk dan baligo serta iklan politik diberbagai media dan tentu saja akan makin dahsyat melalui media sosial yang telah menjadi milik semua orang dibelahan dunia ini.
Selamat Menikmati Tahun Politik wahai rakyat leutik...!!