Start Jongkok atau start apapun namanya pluit panjang tanda babak awal pertandingan di Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada Garut telah dibunyikan bahkan dalam nuansa Pilkada serentak tentu saja seluruh daerah Kabupaten/Kota dan Provinsi tengah memasuki hajat besar demokrasi pada siklus lima tahunan.
Ini memang hajat suksesi, hajat yang menjadi gerbang pembukan laju tidaknya roda pembangunan dibawah nahkoda dipemenang perhelatan. Jika suksesi atau pergantian kepemimpinan ini dimaknai sebagai sebuah ritual biasa yang hanya menggugurkan kewajiban konstitusi tentu saja tidak akan sesulit memaknai lahirnya pemimpin baru yang ideal dan layak memimpin sebuah wilayah, baik itu Kabupaten/kota atau provinsi.
Menarik mengkaji fenomena yang muncul pada siklus lima tahunan ini, dimana artribut partai menjadi wajib keluar, baligo dan spanduk wajah para calon yang akan dipilih tentu saja menghiasi berbagai ruang dan sudut yang ada disekitar kita. Ini malah bukan sebuah fenomena melainkan harus seperti ini tampilannya, karena promosi secara masih melalui berbagai alat praga yang ada diyakini akan mendongkrak popularitas dan elektabilitas dari para calon yang akan diusungnya.
Kalah menang itu biasa, yang kalah tak boleh menyerah dan menang juga tidak boleh mentang-mentang karena sejatinya ini hanyalah sebuah proses yang harus dilalui karena memang sistem yang dibangun seperti ini adanya.
Kemudian pada kelanjutannya yang lebih menarik adalah munculnya sejumlah atraksi berlatar manuver atau trik dan treatikal untuk sekedar mengelanui warga calon pemilih. Seperti membuat gugu teori bahwa mencitrakan baik ditengah keburukan dari semua yang buruk-buruk memang tidak buruk semuanya, akan tetapi perlahan tapi pasti keburukan yang juga dicitrakann oleh manuver rival atau lawan main lama kelamaan menemui klimaks yang aduhai dan membosankan.
Pada titik ini, maka yang dnamakan manuver dlandas pacu adalah sebuah gerakan akselerasi yang dipandang mampu meyakinkan banyak persepsi untuk menjadi bagian opini opini positif pada sasaran dan target yang diinginkan.
Hanya saja lucunya kadang ada manuver yang terlambat atau terlalu dini sehingga seharusnya cocok dipakai pada Pil KB bukan Pada Pilkada sebab, Pilkada adalah rasa beraneka aroma sementara Pil KB cukup satu rasa dan satu warna. Dalam anekdotnya Pilkada dan PilKB memang seperti sama pengucapan malah tipis tapi jauh pemaknaan.
Terlalu dini bermanuver maka bisa jadi harus aborsi, pun sebaliknya terlambat bermanuver jadi jadi tapi tak pasti. Artinya yang pasti-pasti saja yakni meyakini dan percaya diri denngan segala teori yang dimiliki kemudian mudahkan dan sederhanakan apa yang seharusnya dipahami banyak orang. Berpuluh janji maka berpuluh juga ketidak mengertian menyertainya. Bervariasi Visi Misi maka berpuluh puluh juga potensi penyimpangan dalam memahaminya. Realistisnya memang karasa, karampa, katara tur kabagi rata....
Tuesday, February 27, 2018
Monday, February 26, 2018
Petaka Pilkada Garut Bikin Jangar Mastaka Para Pihak Berperkara
Sulit menggambarkan bagaimana sebuah legitimasi publik akan sedemikian pulih, disaat dihadapkan pada sebuah pemandangan yang memang seperti itu adanya. Terkait penangkapan Salah seorang Komisioner KPU Garut dan Ketua Panwaslu Garut tentu saja sebuah tamparan super keras bagi para penyelengara Pemilu bukan hanya pada tataran lokal Kabupaten Garut melainkan pada skala luas Lembaga Penyelengara Pemilu ditingkat paling atas.
Rekomendasinya adalah semacam pesan moral dan peringatan bahwa konteks hari ini, pada Pilkada di era Zaman Now makin syarat dengan ujian dan cobaan baik itu dari sisi aplikasi teknologi dengan segala kelemahan dan kelebihaannya, pun demikian dengan stock SDM yang juga rentan terkontaminasi oleh godaan-godaan Politik Uang yang sejak semla sistem Pemilu sudah dipastikan rawan dan ada, meski diera dulu-dulu memang agak sulit membuka dan membuktikan fakta karena memang begitulah adanya.
Diera lama sejak bergulirnya sistem demokrasi dengan tata cara pemilihan pemimpin negeri untuk berbagai tingkatan memang baru teruji elahirkan pemimpin yang memproduk hasil kepimimpinannya hari ini "artinya produk kepemimpinan hari ini adalah masih tetap bagian dari bayang-bayang kepemimpinan masa silam-terlepas plus dan minusnya".
Kembali pada konteks petaka yang menyaksrak raga dan tubuh KPUD Garut dan Panwas yang sejak semua memang kerap kali riuh dan rikuh oleh tudingan dan dugaan, tentu saja harus tetap disikapi dengan sebuah sikap yang wajar dan normal, karena berbicara oknum dimanapun dan kapanpun bisa saja...namina oge oknum cuuu..
Hemat abah nubodo katotoloyo tapi tara kasamaran tenjo memang saat ini tengah krisis figur-figur untuk kepemimpinan. Sosok berintegritas, berdedikasi, komitmen dan jujur juga bersih memang agak sulit dicari, bukan tdak ada tetapi ibarat kata pepatah yang bersih sulit membersihkan dirinya ditengah genangan air kotor atau lumpur yang menggurita-Silahkan terjemahkan apa makna ini semua.
Simplenya adalah ini teguran secara nyata dan harus disikapi dengan arif dan bijaksana, bawa hingga saat ini kita memang masih dihadapkan pada dilema memilih dan dipilih "Milih sieta euwuh araheun, teumilih oge lain hade sabab estapeta kepemimpinan harus tetap berjalan"..
Ini memang kembali pada Stock SDM yang harus kita soroti bersama, minimnya jiwa-jiwa berintegrtas dan bersih cukup menjadi alasan jika diberbagai level dinegeri ini selalu ada saja yang terparkir pada jeruji besi lantaran pelanggaran yang dilakukannya.
Sulit memang merunut dimana letak kesalahan ini semua, jangan juga menuduh sistem kita, tetapi jangan juga berpangku tangan tanpa ada perhatian untuk bersama-sama memperbaikinya.
Ini menjadi tanggung jawab semua bukan hanya di Garut untuk orang Garut, melainkan seluruh komponen bangsa memang harus bersiap memagasi ahirnya SDM-SMD agar tidak mudah terkontaminasi, sebab memang kita tidak bisa memungkiri jika kiri-kanan atas bawah, depan belakang kita syarat dengan godaan dunia sebagai konsekuensi era materialistis era akhir jaman atau Zaman Now yang katanya memang serba Now...
Semoga petaka Pilkada Garut cepat berlalu, larut dalam nuansa supremasi hukum dan rentakan karena ulah oknum segera ditutup dengan perubahan dan komitmen integritas dan kejujuran yang sejatinya sejujur-jujurnya atau jujur diatas rata-rata jika memang itu yang menjadi kendala dan pemicu Petaka Pilkada Garut gara-gara rupiah suasana memang selalu menjadi meriah tetapi rupaih juga cepat merubah suasana menjadi duka seketika...Wallohu 'alam..
Thursday, February 22, 2018
Politik Santun Politik Berkelanjutan
Ini problem sebagian masyarakat kita yang selalu dihadapkan pada pemandangan janji suci tak sesuci realisasinya. Ini menyoal Janji-janji politik para politisi diberbagai tingkatan dalam perebutan kekuasaan.
Adalah pesta demokrasi yang makin sering dijumpai, maka semakin dekat dimata telingan bahkan rasa seluruh lapisan warga masyarakat sebagai onjek dan subjek politik. Meski Durasi masa demokrasi kita berada pada rentang waktu lima Tahunan namun hampir setiap tahun ada pemandangan pesta demokrasi mulai pemilihan RT, RW, kepala Desa hingga Kepala Derah, Legislatif dan Pilpres menjadi pemandangan populer sebagai tahun politik.
Kemesan serentak atas dasar perubahan undang undang telah membuat pemandangan pesta demokrasi semakin dekat dengan masyarakat kita, logikanya harus semakin sadar dan paham bahwa inti demokrasi adalah lahirnya pemimpin yang jujur amanah, adil serta mampu membuat suasan pembangunan kesejahteraan cepat terwujud.
Memang parmeter keberhasilan sebuah produk politik menjadi sangat sulit diukur ketika janji politisi jauh lebih nyaring ketimbang realisasi politik yang selalu nisbi..."Ini juga bukan semata mata salah melulu para politsi melainkan warga masyarkat juga terlalu miring dan sumir memandang politik yang menjadi bagian yang harus dilaluinya", Artinya masyarakat juga memiliki andil besar dalam keberhasilan realisasi politik dalam era suksesi kepemimpinan dberbagai tahapannya.
Lalu...apa yang membuat seolah olah produk produk dan gerakan politik menjadi biasa, jawaban sementara jika kita mau menebak-nemak ala orang buta adalah menyebut gajah saat memegang kakinya, jadi Gajah itu ya seperti Kaki Gajah yang dipegangnya, maka ketika orang buta satunya lagi memegang kuping gajah, maka ia akan mengatakan bahwa gajah itu adalah tipis lebar seperti kuping gajah.
Ini ada tebakan-tebakan yang belum bermuara utuh pada substandi politik menjadi sangat pelik dan menggelitik di Indonesia bahkan produk-produk politik berupa hasil suksesi kepemimpinan selalu saja belum sempurna sesuai yang diharapkan warga atau yang dijanjikan para politisi sendiri.
Ini mungkin lebih karena ada kebutaan politik yang dibutakan oleh buta-buta politik yang hanya berpikir pragmatis bahwa memenangi persaingan politik adalah segalanya, meskipun harus mengabaikan pendidikan politik yang sejatinya harus semakin mencerdaskan pilihan mereka sebagai warga politik negeri demokrasi ini.
Celakanya ya itu tadi masuk pada lingkaran politik berlabel santun, namun pada kenyataanya mengabaikan kesantunan sebab lebih mementingkan mengkahiri kompetisi dengan gemilang muda dan murah...Ini cerdas namun membahayakan dalam konstalasi politik Indonesia...Apa Ia Politik Santun Politik Berkelanjutan ?? yang ada adalah Politik Mulai Tak Santun terus dilanjutkan...wallohu'alam