Monday, February 26, 2018

Petaka Pilkada Garut Bikin Jangar Mastaka Para Pihak Berperkara

Sulit menggambarkan bagaimana sebuah legitimasi publik akan sedemikian pulih, disaat dihadapkan pada sebuah pemandangan yang memang seperti itu adanya. Terkait penangkapan Salah seorang Komisioner KPU Garut dan Ketua Panwaslu Garut tentu saja sebuah tamparan super keras bagi para penyelengara Pemilu bukan hanya pada tataran lokal Kabupaten Garut melainkan pada skala luas Lembaga Penyelengara Pemilu ditingkat paling atas. Rekomendasinya adalah semacam pesan moral dan peringatan bahwa konteks hari ini, pada Pilkada di era Zaman Now makin syarat dengan ujian dan cobaan baik itu dari sisi aplikasi teknologi dengan segala kelemahan dan kelebihaannya, pun demikian dengan stock SDM yang juga rentan terkontaminasi oleh godaan-godaan Politik Uang yang sejak semla sistem Pemilu sudah dipastikan rawan dan ada, meski diera dulu-dulu memang agak sulit membuka dan membuktikan fakta karena memang begitulah adanya. Diera lama sejak bergulirnya sistem demokrasi dengan tata cara pemilihan pemimpin negeri untuk berbagai tingkatan memang baru teruji elahirkan pemimpin yang memproduk hasil kepimimpinannya hari ini "artinya produk kepemimpinan hari ini adalah masih tetap bagian dari bayang-bayang kepemimpinan masa silam-terlepas plus dan minusnya". Kembali pada konteks petaka yang menyaksrak raga dan tubuh KPUD Garut dan Panwas yang sejak semua memang kerap kali riuh dan rikuh oleh tudingan dan dugaan, tentu saja harus tetap disikapi dengan sebuah sikap yang wajar dan normal, karena berbicara oknum dimanapun dan kapanpun bisa saja...namina oge oknum cuuu.. Hemat abah nubodo katotoloyo tapi tara kasamaran tenjo memang saat ini tengah krisis figur-figur untuk kepemimpinan. Sosok berintegritas, berdedikasi, komitmen dan jujur juga bersih memang agak sulit dicari, bukan tdak ada tetapi ibarat kata pepatah yang bersih sulit membersihkan dirinya ditengah genangan air kotor atau lumpur yang menggurita-Silahkan terjemahkan apa makna ini semua. Simplenya adalah ini teguran secara nyata dan harus disikapi dengan arif dan bijaksana, bawa hingga saat ini kita memang masih dihadapkan pada dilema memilih dan dipilih "Milih sieta euwuh araheun, teumilih oge lain hade sabab estapeta kepemimpinan harus tetap berjalan".. Ini memang kembali pada Stock SDM yang harus kita soroti bersama, minimnya jiwa-jiwa berintegrtas dan bersih cukup menjadi alasan jika diberbagai level dinegeri ini selalu ada saja yang terparkir pada jeruji besi lantaran pelanggaran yang dilakukannya. Sulit memang merunut dimana letak kesalahan ini semua, jangan juga menuduh sistem kita, tetapi jangan juga berpangku tangan tanpa ada perhatian untuk bersama-sama memperbaikinya. Ini menjadi tanggung jawab semua bukan hanya di Garut untuk orang Garut, melainkan seluruh komponen bangsa memang harus bersiap memagasi ahirnya SDM-SMD agar tidak mudah terkontaminasi, sebab memang kita tidak bisa memungkiri jika kiri-kanan atas bawah, depan belakang kita syarat dengan godaan dunia sebagai konsekuensi era materialistis era akhir jaman atau Zaman Now yang katanya memang serba Now... Semoga petaka Pilkada Garut cepat berlalu, larut dalam nuansa supremasi hukum dan rentakan karena ulah oknum segera ditutup dengan perubahan dan komitmen integritas dan kejujuran yang sejatinya sejujur-jujurnya atau jujur diatas rata-rata jika memang itu yang menjadi kendala dan pemicu Petaka Pilkada Garut gara-gara rupiah suasana memang selalu menjadi meriah tetapi rupaih juga cepat merubah suasana menjadi duka seketika...Wallohu 'alam..

1 comments: