Wednesday, August 5, 2015

Pengulangan Peristiwa Memilukan Didunia Pendidikan Indonesia



Bukan hanya sebuah prestasi yang terukir yang menjadi pengulangan dalam sejarah pendidikan Indonesia, melainkan juga beraneka ragam peritiwa memilukan telah menjadi bagian dari lingkaran dunia pendidikan Indonesia kita.

Setiap tahun setiap kali itu pula Ironi dunia pendidikan Indonesia mengemuka seakan menjadi langgaran sorotan berita dari hampir seluruh media profesional, hingga menjadi bincag hangat dan hujatan diberbagai media sosial yang ada.

Apakah gerangan yang terjadi dengan dunia pendidikan Indonesia kita ini, sehingga seperti menjadi agenda tahunan saja, jika yang teragenda adalah prestasi rasa-rasanya sah sah saja bahkan mungkin bagus terdengar dan terlihatnya, namun jika yang terekspos adalah suatu yang memilukan tentu saja ini yang dinamakan dengan ironi pendidikan kita. 

Sebut saja sekolah ambruk lantaran bangunan sudah tua tidak pernah mendapat renovasi, rusak gara-gara pelaksana proyek bangunan sekolah seenaknya, korupsi yang juga masih membayangi para oknum didunia pendidikan, hingga yang selalu heboh adalah Masa Orientasi Siswa  (MOS) untuk SMP/SMA dan SMK atau Orientasi Pengenalan Kampus yang dulu lebih dikenal OSPEK, kini selalu saja menyumbangkan pemandangan yang memilukan. 

Beberapa tahun terakhir selalu melahirkan korban meninggal lantaran berbagai sebab terkait dengan jenis kegiatan yang disebut MOS atau OSPEK tersebut. Baik korban meninggal lantaran kelelahan setelah dipress mengikuti kegiatan tersebut, ada juga dikabarkan meninggal dunia lantaran akibat kekerasan seniornya sebagai bagian dari ajang balas dendam lantaran, sebelumnya mereka pernah mengalami hal yang sama dari seniornya. Lantas siapa dan apa yang salah ?

Ceuk si Miun yang salah adalah "Uang", kenapa menjadi uang yang disalahkan?,  si Miun menjawab rileks sambil senyum sedikit kecut. "lantaran kegiatan tersebut kerap kali menjadi ladang uang bagi oknum disekolah atau siapapun yang hobi mengumpulkan recehan berdalih kegiatan pembinaan dan upaya mendidik mental dan sejenisnya", duuuh ma enya Miuuun.

Kesimpulannya ceuk si Miun selama MOS, atau apalah itu namanya masih ada, tentu saja peristiwa serupa akan terualang kembali dan menghentikan kegiatan tersebut berarti harus menghilangkan salah satu lahan penghasilan bagi beberapa oknum di sekolah yang masih juga mencari-cari peluang berkedok kegiatan.

Dipikir pikir bisa ada benarnya juga analisa si Miun itu, tapi juga tidak seluruhnya benar, lantaran banyak kegiatan MOS atau OSPEK yang tidak lagi menggunakan biaya lantaran biayanya sudah mencakup langsung pada anggran  sumbangan pendidikan atau apalah istilahnya orang-orang pintar disekolah yang menciptakan alokasi anggaran agar mereka kebagian.(he..he...sama saja yaa..)

Maaf ini bukan menuduh jika sebagian ada benarnya kita harus berani mengakui, namun jika salah juga harus ada analisa lainnya sehingga akar persoalannya terbuka dan solusi menyelesaikannya juga terbuka. Intinya segala bentuk yang berpotensi penyalahgunaan baik itu kewenangan maupun apapapun itu segera dihentikan. Titiiiik....!!!     

0 comments:

Post a Comment