Musibah itu tidak pernah memilih tempat, memilah orang dan mengklasifikasi berat dan akibatnya, semuanya akan mengalir sesuai ketentuan yang mengaturnya yaitu Sang Maha Pemilik Segalanya Alloh Azza Wazalla...
Belajar dari rangkaian Tragedi saat prosesi Ibadah Haji tahun 2015 ini, sebuah keharusan selain untuk mempertebal keimanan juga untuk memastikan jika sampai kapanpun, jika Yang Maha Segalanya berkehendak apapun akan terjadi dan menimpa siapapun.
Terlepas dari adanya unsur human eror atau faktor kelalaian manusia, baik dari panitia penyelenggara Ibadah Haji, maupun para jemaah haji itu sendiri yang belakangan dituding sebagai salah satu penyebab, lantaran mereka tidak disiplin dalam urusan jadwal dan ketentuan keberangkatan didalam melaksanakan melempar jumroh dalam "Tragedi Mina", atau kelalaian pihak pelaksana proyek saat Crane Jatuh dan menimpa Jemaah haji di Masjidil Harom, semuanya bukan serba kebetulan melainkan sebuah skenario Alloh SWT untuk mengingatkan betapa manusia itu tidak ada apa-apanya jika sudah dihadapkan kepada sang Penciptanya.
Secanggih canggihnya teknologi, setinggi-tingginya kemampuan keilmuan manusia tetap saja batasannya adalah manusia yang tidak memiliki sisi lebih sebagai Makhluk dihadapan penciptanya. Pelajaran berharganya adalah semakin manusia ingin berencana memuat sesuatu yang lebih semakin tinggi pula ujian dan cobaan yang akan Alloh berikan sebagai bagian dari ujian yang mengujinya agar tetap tidak melupakan keberadaan sang Pencipta yang memberikan batasan kemampuan manusia.
Boleh jadi rangkaian Tragedi di Musim Haji tahun 2015 ini adalah moment strategis untuk mengingatkan jika tanah Haram Makkah Mukarromah atau Madinah Almunawaroh adalah Tanah Karomah yang senantiasa Alloh Lindungi dan jaga dari keburukan niat-niat jahil manusia. Oleh karenaya perlu kembali meluruskan niat kita semua, baik panitia penyelenggara Ibadah haji di Saudi Arabia, tidak boleh menganggap ritual haji ini adalah miliknya yang boleh dibuat sekehendak mereka, atau kita para jamaah lainnya yang datang dari berbagai penjuru dunia menganggap sebagai tamu biasa yang berharap pelayanan yang serba segalanya, padahal idelanya apapun itu adalah bagian dari rangkaian ketaqwaan kita kepada sang Maha Pencipta.***
0 comments:
Post a Comment