• This is Slide 1 Title

    This is slide 1 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

  • This is Slide 2 Title

    This is slide 2 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

  • This is Slide 3 Title

    This is slide 3 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

Wednesday, July 4, 2018

Juara Pilkada Adalah Menerima Kekalahan Dengan Lapang Dada

Juaranya pasti yang juara atuh...Dan setiap juara memang identik dengan pemenang, namun sesungguhnya ada juara yang lahir bukan pemenang melainkan, sang juara yang mempu menerima dengan lapang dada sebuah kekalahan. Betul itu...lapang dada menerima kekalahan adalah sejatinya juara, karena sedikit orang yang mampu menerima kekalahan sebagai sebuah kemenangan yang tertunda. Bukankah hakikat sesungguhnya kompetisi apapun yang diikuti setiap orang adalah bagian dari upaya menjemput takdirnya.."Alloh Maha Penentu Segalanya"...termasuk dalam hal kemenangan Pilkada...Harus Percaya..!! Maka dari apa yang kita lihat dan saksikan bersama tentu saja boleh berbeda memberi warna tapi tidak boleh berbeda dalam memahami sebah kemenangan bagi siapapun yang keluar sebagai pemenang Pikada. Pemenang dalam arti kata sesungguhnya adalah Pemenang yang mendapatkan kepercayaan rakyat yang memilihnya serta mendapatkan ujian hebat dari takdir Sang Maha Penentu... Jadi Maaf jika anda kalah bukan berarti ada tidak beruntung, tetapi ada sedang diberikan ujian bahwa mungkin anda sedang diselamatkan oleh sang Maha Penentu karena memegang amanat Jabatan itu berat dan bisa menyeret anda ke gerbang sengsara bahkan mungkin laknat di akhirat kelak bagi yang meyakininya. Pun demikian bagi pemenang atau penerima amanat rakyat dan ujian Jabatan yang diberikan sang Maha Penentu seyogyana banyak beristigfar sambil mengucap syukur karena ujian amanat tersebut juga tidak akan mengurangi makna sejatinya ujian, jika memapu membawa dengan penuh keberkahan makan ia sejatinya pemimpin yang memberi banyak kebaiakan dan Alloh telah menyiapkan ganjaran kebaikan berlipat sebagai sebuah amal kebaikan, namun lagi-lagi jika pemenang mengingkari amanah kemenangannya, maka dipastikan ia akan masuk pada kategori orang merugi karena tidak mampu menjalankan amanat yang diraihnya. Terus siapa pemenang sejatinya Pilkada kita diberbagai belahan daerah di Indonesia ini, pemenangnya adalah para jawara yang bersedia dengan lapang dada menerima kekalahan. Sementara para pemenang peraih amanat rakyat sejatinya bukan pemenang karena ia akan diuji kemudian untuk merealisasikan janji, menyatakan yang samar dan tersembunyi sehingga rakyat benar-benar manut dan menerima sepenuh hati realisasi hutang janji-janji. Selamat untuk Juara satu, Juara yang berhasil menerima kekalahan, dan selamat bagi Juara satu, Juara pemegang amanat rakyat yang segera harus memenuhi janji-janjinya...selamat bekerja kembali ke posisi masing-masing...!!

Thursday, May 3, 2018

Menanti Debat Terbuka Calon Bupati dan Wakil Bupati Garut

Geus moal jauh ceuk abahmah, debat tidak kurang tidak lebih bakal kurang lebih berbicara dizona aman, jika perlu maka ambangkan saja persoalan-persoalan krusial dengan mengkambing hitamkan aturan atau undang-undang yang kerap membelenggu kondisi riil dari sebuah tatan pemerintahan yang ada saat ini. Misalanya soal pembangian kewenangan pemerintah pusat, provinsi dan Kabupaten yang masih juga belum Clear sebab sering kali berkelit itu ranahnya pusat, itu kewenangan provinsi dan lain-lain. Memang jika ada itu alasan klasik tapi memang berdasar sebab, itulah yang terjadi dina mangsa otonomi setengah hati, pemeritahan setengah hari, kaluhur teu nangtung kahandap hese akaran, Apa yang menjadi sebab ? sebabnya lantaran banyak penyebab yang menyebabkan sebab akibat selalu djadikan alasan...ha..ha..Kitu pan dinya kanyataan nana. Semoga ini tidak terjadi dalam debat Cabup dan cawabup Garut untuk Pilkada serentak 2018 ini, sebab segenap rakyat yang berharap mendapatkan gambaran butuh sentuhan realistis dalam konsep pembangunan serta janji-janji politik yang membumi anu kudu karawu dua penangan sarta kasaba ku sacara akal tur pikiran. Lain janji tinggal janji atawa politik ngumpulkeun nuleutik terus diusik diajak-ajak dirorojok sangkan jiga asa enya padahal saukur ngabobodo anu leutik keur meuli raga atineung, rasa jeung prakna milik maranehanana, bari isuk jaganing geto saeunggues tinekanan kapilih lain nu milih nu dipanggihan kalah sibuk mayaran hutang ka bandar urut bela anan nganjuk ngahutang keur nyumponan babasan dina janji politik, Saetik nuleutik kabeuli, rea nubadag kudu kabandang, hartina cadu eleh wajib meunang, sabab mun eleh eta pecundang...Sakitnya tuh disini baru ngurut dada. Sakali deui dalam konteks debat calon Pilkada Garut, hayang ngadenge aya sora tur daria memberi harapan nyata yang realistis terkait konsep sesungguhnya berdasarkan apa yang menjadi dasar kebutuhan warganya dalam menentukan arah pembangunan...Bukan hanya membuat janji politik yang tdak membumi apalagi jika hanya sekedar janji...Engkena pan janji tinggal janji, kop nujanggi geura tabih tah nu mere geura bawa bari ngan ukur sabatas bewara. Banyak persoalan menggurita yang butuh kimitmen utuh tidak hanya sekedar kahayang meunang dengan cara-cara mudah nyentangan batur mentang mentang kemenangan seperti didepan mata padahal sesungguhna Bupati dan Wakil Bupati Garut yang akan menjadi pemanang bahkan penemangnya sudah ada dalam catatan Alloh "Ajja Wajalla", jadi intina kaasup debat Paslon eta hanya sebatas upaya menjemput takdir mereka, apa iya dipercaya untuk menjadi orang-orang nomor satu di tatar Garut ? atau memang hanya menjadi bagian pelengkap secara yang akan mencatatnya bahwa pernah dalam suatu masa ngaran jalema eta nyalonkeun Bupati atawa Wakil Bupati di Garut. Najan ngaco abah moal rek mapatahan ngojay kameri, namun suatu kewajiban, memberikan gambaran betapa yang harus mendapatkan perhatian bagi para calon jika ingin memenangi perhelatan. salah satunya adalah, pastikan landasan serta pijakan rencana pembangunan pada duduk persoalan sesungguhnya jagan hanya sekedar menggugurkan kewajiban kudu nyieun Visi-Misi pencalonan urusan realistis atawa henteuna kumaha engke . Tah Kuduna dibalik engke kumaha mun kami meunang kudu aya rasa kahariwang sebab tidak hanya sekedar memenuhi janji politik semata melainkan perlu juga banyak yang dipertanggung jawabkan teruatama kebohongan kepada Alloh SWT degan memaksa meminta takdirnya berubah untuk mereka... Kela nepi dieu heula nyak...

.Ibuku juga bagian Ibu-Ibu Indonesia

Jangan gagal paham bagaimana ketika memang kita semua juga sulit memahami, nalar fanatisme saya sebagai orang Islam jelas tidak mau memberi ruang meski itu adalah sebatas karya seni. Karya seni itu menjadi Indah dan jernih ketika tidak mencampuradukan wilayah budaya, seni budaya juga agama. Intinya jangan dibalik balik atau dibulak balik tentang persepsi keyakinan Ilahiah dengan keyakinan duniawi sebagai produk budaya. Keyakinan Ilahiah yang kami yakini adalah Baqa (Kekal) sementara keyakinan Duniawi sebagai produk budaya seharusnya dipersepsi Fana (ada batasnya-kena rusaknya). Ini itu apalah bentuknya ketika bersinggungan dengan keyakinan ilahiah memang agak sulit buat kami mentolelir hal itu. Buat kami peradaban itu menjadi tidak bermakna ketika mengingkari tingginya konsep Ilahiah yang harus didasari oleh konsep ketuhanan (dalam persepsi keislaman saya). Tidak bermaksud menjustifikasi ataupun memvonis bersalah dengan puisi-puisi atau apapun itu bentuknya yang bersinggungan langsung dengan konsepsi dasar Ilahiah, karena bagi kami berbicara tentang "RUH MIN AMRI ROBBY" kembal kepada ALLOH AJJA WAJALLa, jika ingin mendapatkan ketidak sempurnaan sebagai manusia maka berfikirlah tentang Ciptaan Tuhan-Mu (TAFAKKARU FIKHOLKILLAH, WALA TAFAKKARU FI DADZTTIHI FATUDILLU)...Perintahnya "maka pelajarilah tentang ciptaaanya dan jangan terlalu dalam memikirkan "Dzat"-Nya dari yang maha segalanya karena itu akan berakhir sesat... Dalam konteks ini Konsep Ilahiah memang lekat dengan Dzat-Nya makan akan sangat dipahami oleh sebagian besar umat Islam sebagai harga mati keyakinan dengan dasar ke Imanan yang kuat dan tak bisa ditawar tawar lagi. Dalam makna lainnya memang mungkin sakan sangat menyinggung perasaan Umat Islam jika yang disebut-sebut bagian dari keyakinan Iahiahnya. Adzan dan Cadar adalah dua kata yang sangat lekat dengan bahasa-bahas isyarat ketaatan bagi umat Islam, Pun demikian sengan Syariat Islam, adalah kata-kata yang sangat dalam makna dan persepsinya bagi umat Islam. Maka memang agak sulit ketika Syarat Islam dipadu padankan dengan Budaya apalagi budaya yang memang tidak sejalan dengan konsepsi dasar Syariat Islam (Yang Mana?) jawabanya yang akan merasakan adalah orang-orang Islam yang memang memiliki sensitiftas tinggi ketika ada nada fals terkait konsepsi dasar Syariat Islam diusik. Lain cerita ketika belum mau berhijab misalnya bagi seorang perempuan, Itu adalah bagian dari sebuah keyakinan yang erat diyakini dengan pemahaman Hidayat (petunjuk) Alloh SWT yang juga dipahami sebagai sebuah perjalanan sepiritual seseorang. Maka saya tidak memiliki tendesi apa-apa dengan puisi yang kini menjadi buah bibir sebagian bangsa Umat Islam Indonesia seiring dengan mencuatnya dipublik, yang saya khawatirkan adalah terjadinya pendangkalan pemaknaan luhur dari keyakinan Ilahiah kami umat Muslim oleh pemahaman yang tidak sepadan dengan keyakinan Iman dan Islamnya. Wallohu 'Alam

Saturday, March 3, 2018

Cung Yang Mau Nolong Gadis SMA Ini...Dia Butuh Uluran Tangan Kita Semua...!!



NR adalah gadis belia kelas XII Sekolah Menengah di Garut, Jawa Barat. NR lahir pada 18 Nopember 2000 di Kampung Palahan RT 03 RT 01 Desa Margalaksana, Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut. 

NR terlahir buah kasih sayang dari ayah bernama Igun Agus Dadi dan ibu bernama Heni Marlina. NR anak keempat dari lima bersaudara. Sayang, ketiga kakaknya meninggal sewaktu kecil sehingga ia kini menjadi anak tertua di keluarganya.

NR memang berasal dari keluarga yang sangat sederhana bahkan tergolong kurang mampu. Ayahnya saat ini bekerja sebagai pengumpul barang rongsokan (pekerjaan yang sudah beberapa bulan ini ditekuninya semenjak NR jatuh sakit dengan alasan supaya dekat dengan sang anak), sedangkan ibunya hanya mengurus rumah tangga (sebelumnya pernah bekerja sebagai TKW di Abu Dhabi).

Saat ini NR seharusnya tengah manghadapi ujian menjelang kelulusan. Sayang, penyakit yang terus menggerogotinya semenjak September tahun lalu membuatnya terancam tidak dapat mengikuti ujian. Kini, NR hanya bisa terbaring pasrah di rumahnya yang sederhana.

Peristiwa itu bermula di September 2017. Sepulang sekolah, NR pulang hujan-hujanan, hingga malamnya NR mengeluhkan kakinya yang terasa pegal-pegal dan terlihat membengkak.  Orang tuanya kemudian memanggil tukang pijat untuk memijat kaki NR.

Saat dipijat, ternyata tidak hanya bagian kaki, tetapi hampir seluruh bagian tubuh mulai mengeluh kesakitan. Tidak disangka, besoknya seluruh tubuh, terutama bagian perut NR jadi membengkak dan berlangsung beberapa waktu lamanya.

Memasuki Oktober 2017 Keadaan NR malah semakin mengkhawatirkan. Khawatir keadaan anaknya bertambah parah, orangtua NR membawanya ke RSUD dr. Slamet Garut. NR sempat melakukan cek darah dan tes urin. Hasil diagnosa, dokter menyebutkan bahwa NR menderita bocor ginjal (sedikit/kecil) dan lambung serta disarankan untuk melakukan rawat inap.

Keadaan keuangan keluarga membuat orangtua terpaksa tidak mengikuti saran dokter. NR kembali dibawa pulang ke rumahnya. Bukannya membaik, keadaan NR semakin mengkhawatirkan. Tubuhnya terus membengkak. Dari semula beratnya berkisar 40 kg saat ini menjadi 67 kg. tidak hanya itu, saat menangis, matanya langsung membengkak dengan kantung mata kehitaman. Bahkan, pernah dalam satu hari satu malam hanya dapat berbaring di tempat tidur. Tidak dapat beraktivitas apapun.

Selain bengkak, di bagian kaki juga kerap dijumpai sejumlah luka kecil yang mengeluarkan darah bening. Baca Juga Kopi Luwak Garut Hadir di Teras Bale Tingtrim Pujasega Luka itu sulit sekali sembuh. Darah bening yang keluar sulit dihentikan.

Kondisi tersebut berlangsung berminggu-minggu. Akibatnya, Ujian Tengah Semester (UTS) pun harus dilakukannya di rumah. Upaya mengobati penyakit anaknya terus dilakukan. Desember, NR kembali dibawa berobat. Kali ini NR berobat di klinik yang ada di wilayah Bungbulang. Dokter yang memeriksa kembali mendiagnosa penyakit yang sama, yaitu ginjal dan lambung.

Karena masih penasaran, NR dibawa ke dokter yang berbeda (masih di wilayah Bungbulang), hasilnya tetap sama. Diagnose dokter menyebutkan NR menderita ginjal, lambung, dan paru-paru. Kali ini, dokter menyarankan NR agar segera dirawat. Lagi-lagi, kondisi ekonomi yang membuat pengobatan tidak dilakukan secara tuntas. Pengobatan lebih sering dilakukan dengan mengandalkan obat-obat tradisional yang sayangnya hanya sebatas mengandalkan informasi alakadarnya di sekitar tempat tinggalnya.

Kondisi NR pun tidak membaik. Atas saran kerabatnya, di Januari 2018, NR dibawa ke pengobatan alternatif di Pangalengan. Di sana, NR didiagnosa tidak hanya menderita ginjal, tetapi juga lever. NR disarankan berobat secara rutin. Namun, lagi-lagi persoalan biaya menjadi kendala.

Hingga saat ini NR masih terbaring di rumahnya. Tubuhnya layaknya perempuan yang tengah mengandung sembilan bulan. Sejak semester dua, NR tidak bisa lagi ke sekolah. Padahal beberapa hari lagi, ia dan teman-teman sekolahnya akan mengikuti ujian, mulai dari ujian praktik, ujian simulasi, ujian sekolah, sampai ujian sekolah. 

”Setiap pagi, anak saya hanya dapat memandangi sepatu dan seragam sekolahnya yang sudah lama tidak dapat dipakainya karena ukuran kakinya semakin membesar,”tutur Heni ibu kandung NR. Heni berharap, anaknya dapat ditangani medis secara baik sehingga penyakitnya diketahui dengan pasti.

Namun, (lagi-lagi) ketiadaan biaya menjadi kendala. Perlu diketahui, keluarga NR tidak mempunyai kartu BPJS. Akibatnya, seluruh biaya pengobatan harus ditanggung oleh pihak keluarga.***JMB ***jika anda peduli membantunya bisa menghubungi Apip Guru SMAN 7 Bungbulang +6285353009637

Tuesday, February 27, 2018

Bermanuver Dilandasan Pacu,Untuk Pil Kada atau Pil KB

Start Jongkok atau start apapun namanya pluit panjang tanda babak awal pertandingan di Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada Garut telah dibunyikan bahkan dalam nuansa Pilkada serentak tentu saja seluruh daerah Kabupaten/Kota dan Provinsi tengah memasuki hajat besar demokrasi pada siklus lima tahunan. Ini memang hajat suksesi, hajat yang menjadi gerbang pembukan laju tidaknya roda pembangunan dibawah nahkoda dipemenang perhelatan. Jika suksesi atau pergantian kepemimpinan ini dimaknai sebagai sebuah ritual biasa yang hanya menggugurkan kewajiban konstitusi tentu saja tidak akan sesulit memaknai lahirnya pemimpin baru yang ideal dan layak memimpin sebuah wilayah, baik itu Kabupaten/kota atau provinsi. Menarik mengkaji fenomena yang muncul pada siklus lima tahunan ini, dimana artribut partai menjadi wajib keluar, baligo dan spanduk wajah para calon yang akan dipilih tentu saja menghiasi berbagai ruang dan sudut yang ada disekitar kita. Ini malah bukan sebuah fenomena melainkan harus seperti ini tampilannya, karena promosi secara masih melalui berbagai alat praga yang ada diyakini akan mendongkrak popularitas dan elektabilitas dari para calon yang akan diusungnya. Kalah menang itu biasa, yang kalah tak boleh menyerah dan menang juga tidak boleh mentang-mentang karena sejatinya ini hanyalah sebuah proses yang harus dilalui karena memang sistem yang dibangun seperti ini adanya. Kemudian pada kelanjutannya yang lebih menarik adalah munculnya sejumlah atraksi berlatar manuver atau trik dan treatikal untuk sekedar mengelanui warga calon pemilih. Seperti membuat gugu teori bahwa mencitrakan baik ditengah keburukan dari semua yang buruk-buruk memang tidak buruk semuanya, akan tetapi perlahan tapi pasti keburukan yang juga dicitrakann oleh manuver rival atau lawan main lama kelamaan menemui klimaks yang aduhai dan membosankan. Pada titik ini, maka yang dnamakan manuver dlandas pacu adalah sebuah gerakan akselerasi yang dipandang mampu meyakinkan banyak persepsi untuk menjadi bagian opini opini positif pada sasaran dan target yang diinginkan. Hanya saja lucunya kadang ada manuver yang terlambat atau terlalu dini sehingga seharusnya cocok dipakai pada Pil KB bukan Pada Pilkada sebab, Pilkada adalah rasa beraneka aroma sementara Pil KB cukup satu rasa dan satu warna. Dalam anekdotnya Pilkada dan PilKB memang seperti sama pengucapan malah tipis tapi jauh pemaknaan. Terlalu dini bermanuver maka bisa jadi harus aborsi, pun sebaliknya terlambat bermanuver jadi jadi tapi tak pasti. Artinya yang pasti-pasti saja yakni meyakini dan percaya diri denngan segala teori yang dimiliki kemudian mudahkan dan sederhanakan apa yang seharusnya dipahami banyak orang. Berpuluh janji maka berpuluh juga ketidak mengertian menyertainya. Bervariasi Visi Misi maka berpuluh puluh juga potensi penyimpangan dalam memahaminya. Realistisnya memang karasa, karampa, katara tur kabagi rata....

Monday, February 26, 2018

Petaka Pilkada Garut Bikin Jangar Mastaka Para Pihak Berperkara

Sulit menggambarkan bagaimana sebuah legitimasi publik akan sedemikian pulih, disaat dihadapkan pada sebuah pemandangan yang memang seperti itu adanya. Terkait penangkapan Salah seorang Komisioner KPU Garut dan Ketua Panwaslu Garut tentu saja sebuah tamparan super keras bagi para penyelengara Pemilu bukan hanya pada tataran lokal Kabupaten Garut melainkan pada skala luas Lembaga Penyelengara Pemilu ditingkat paling atas. Rekomendasinya adalah semacam pesan moral dan peringatan bahwa konteks hari ini, pada Pilkada di era Zaman Now makin syarat dengan ujian dan cobaan baik itu dari sisi aplikasi teknologi dengan segala kelemahan dan kelebihaannya, pun demikian dengan stock SDM yang juga rentan terkontaminasi oleh godaan-godaan Politik Uang yang sejak semla sistem Pemilu sudah dipastikan rawan dan ada, meski diera dulu-dulu memang agak sulit membuka dan membuktikan fakta karena memang begitulah adanya. Diera lama sejak bergulirnya sistem demokrasi dengan tata cara pemilihan pemimpin negeri untuk berbagai tingkatan memang baru teruji elahirkan pemimpin yang memproduk hasil kepimimpinannya hari ini "artinya produk kepemimpinan hari ini adalah masih tetap bagian dari bayang-bayang kepemimpinan masa silam-terlepas plus dan minusnya". Kembali pada konteks petaka yang menyaksrak raga dan tubuh KPUD Garut dan Panwas yang sejak semua memang kerap kali riuh dan rikuh oleh tudingan dan dugaan, tentu saja harus tetap disikapi dengan sebuah sikap yang wajar dan normal, karena berbicara oknum dimanapun dan kapanpun bisa saja...namina oge oknum cuuu.. Hemat abah nubodo katotoloyo tapi tara kasamaran tenjo memang saat ini tengah krisis figur-figur untuk kepemimpinan. Sosok berintegritas, berdedikasi, komitmen dan jujur juga bersih memang agak sulit dicari, bukan tdak ada tetapi ibarat kata pepatah yang bersih sulit membersihkan dirinya ditengah genangan air kotor atau lumpur yang menggurita-Silahkan terjemahkan apa makna ini semua. Simplenya adalah ini teguran secara nyata dan harus disikapi dengan arif dan bijaksana, bawa hingga saat ini kita memang masih dihadapkan pada dilema memilih dan dipilih "Milih sieta euwuh araheun, teumilih oge lain hade sabab estapeta kepemimpinan harus tetap berjalan".. Ini memang kembali pada Stock SDM yang harus kita soroti bersama, minimnya jiwa-jiwa berintegrtas dan bersih cukup menjadi alasan jika diberbagai level dinegeri ini selalu ada saja yang terparkir pada jeruji besi lantaran pelanggaran yang dilakukannya. Sulit memang merunut dimana letak kesalahan ini semua, jangan juga menuduh sistem kita, tetapi jangan juga berpangku tangan tanpa ada perhatian untuk bersama-sama memperbaikinya. Ini menjadi tanggung jawab semua bukan hanya di Garut untuk orang Garut, melainkan seluruh komponen bangsa memang harus bersiap memagasi ahirnya SDM-SMD agar tidak mudah terkontaminasi, sebab memang kita tidak bisa memungkiri jika kiri-kanan atas bawah, depan belakang kita syarat dengan godaan dunia sebagai konsekuensi era materialistis era akhir jaman atau Zaman Now yang katanya memang serba Now... Semoga petaka Pilkada Garut cepat berlalu, larut dalam nuansa supremasi hukum dan rentakan karena ulah oknum segera ditutup dengan perubahan dan komitmen integritas dan kejujuran yang sejatinya sejujur-jujurnya atau jujur diatas rata-rata jika memang itu yang menjadi kendala dan pemicu Petaka Pilkada Garut gara-gara rupiah suasana memang selalu menjadi meriah tetapi rupaih juga cepat merubah suasana menjadi duka seketika...Wallohu 'alam..

Thursday, February 22, 2018

Politik Santun Politik Berkelanjutan

Ini problem sebagian masyarakat kita yang selalu dihadapkan pada pemandangan janji suci tak sesuci realisasinya. Ini menyoal Janji-janji politik para politisi diberbagai tingkatan dalam perebutan kekuasaan. Adalah pesta demokrasi yang makin sering dijumpai, maka semakin dekat dimata telingan bahkan rasa seluruh lapisan warga masyarakat sebagai onjek dan subjek politik. Meski Durasi masa demokrasi kita berada pada rentang waktu lima Tahunan namun hampir setiap tahun ada pemandangan pesta demokrasi mulai pemilihan RT, RW, kepala Desa hingga Kepala Derah, Legislatif dan Pilpres menjadi pemandangan populer sebagai tahun politik. Kemesan serentak atas dasar perubahan undang undang telah membuat pemandangan pesta demokrasi semakin dekat dengan masyarakat kita, logikanya harus semakin sadar dan paham bahwa inti demokrasi adalah lahirnya pemimpin yang jujur amanah, adil serta mampu membuat suasan pembangunan kesejahteraan cepat terwujud. Memang parmeter keberhasilan sebuah produk politik menjadi sangat sulit diukur ketika janji politisi jauh lebih nyaring ketimbang realisasi politik yang selalu nisbi..."Ini juga bukan semata mata salah melulu para politsi melainkan warga masyarkat juga terlalu miring dan sumir memandang politik yang menjadi bagian yang harus dilaluinya", Artinya masyarakat juga memiliki andil besar dalam keberhasilan realisasi politik dalam era suksesi kepemimpinan dberbagai tahapannya. Lalu...apa yang membuat seolah olah produk produk dan gerakan politik menjadi biasa, jawaban sementara jika kita mau menebak-nemak ala orang buta adalah menyebut gajah saat memegang kakinya, jadi Gajah itu ya seperti Kaki Gajah yang dipegangnya, maka ketika orang buta satunya lagi memegang kuping gajah, maka ia akan mengatakan bahwa gajah itu adalah tipis lebar seperti kuping gajah. Ini ada tebakan-tebakan yang belum bermuara utuh pada substandi politik menjadi sangat pelik dan menggelitik di Indonesia bahkan produk-produk politik berupa hasil suksesi kepemimpinan selalu saja belum sempurna sesuai yang diharapkan warga atau yang dijanjikan para politisi sendiri. Ini mungkin lebih karena ada kebutaan politik yang dibutakan oleh buta-buta politik yang hanya berpikir pragmatis bahwa memenangi persaingan politik adalah segalanya, meskipun harus mengabaikan pendidikan politik yang sejatinya harus semakin mencerdaskan pilihan mereka sebagai warga politik negeri demokrasi ini. Celakanya ya itu tadi masuk pada lingkaran politik berlabel santun, namun pada kenyataanya mengabaikan kesantunan sebab lebih mementingkan mengkahiri kompetisi dengan gemilang muda dan murah...Ini cerdas namun membahayakan dalam konstalasi politik Indonesia...Apa Ia Politik Santun Politik Berkelanjutan ?? yang ada adalah Politik Mulai Tak Santun terus dilanjutkan...wallohu'alam