Lepas dari apapun sosok Kartini itu, Indonesia memang telah kadung menjadikan sosok perempuan era kolnialis ini sebagai salah satu perempuan yang katanya telah membangkitkan tidur panjang perempuan Indonesia dari belenggu penjajahan dengan semangat "emansipasi wanita". Meski pada perjalanannya jika mau jujur dengan sejarah jauh lebih bayak sosok perempuan hebat pada jaman itu yang telah melakukan langkah-langkah lebih dari semangat Kartini yang kini menjadi semangat seremoni setiap tahun tak ubahnya sebuah pertunjukan untuk sebuah penghargaan dan penyadara diri seharusnya jika wanita itu ada dan memiliki peran signifikan dalam percaturan peradaban manusia yang benar-benar beradab.
Namun sayang saja, saat ini jika dalam kerangka pemikiran Emansipasi wanita, yang seharusnya membuat wanita berlomba dan bersaing menjadi Kartini lebih dari sekedar sosoknya yang digambarkan sebagai gambaran perempuan hebat pada jamannya, tentu saja jaman ini menghendaki kartini yang jauh lebih hebat dan canggih, baik dari pemikiran dan kemampuan intelektualnya maupun kemampuan akhlak dan budi pekertinya yang kian hari kian diingkari para kartini muda Indonesia.
Sejak usia dini, kita hanya disibukan dengan urusan semangat seremonila Kartini dengan simbol-simbol kebaya serta aksesories perempuan yang kini malah lebih heboh dan hebat tentunya, tapi belum menyentuh substansi yang seharusnya kartini itu semangat dan sosok ketangguhannya. Tantu saja telah terjadi pemahaman Indonesia secara keseluruhan yang lebih terpaku pada sosok seremonil dengan simbol lagu dan pakaian, namun tidak banyak yang mengepakan semangat itu pada implementasi kekinian dimana moralitas kaum hawa saat ini juga maulai mengkhawatrkan.
Tapi tidak juga dibenarkan membuat keterpurukan ini karena kesalahan kaum hawa kita, rasanya sangat tidak adil, sebab yang namanya gender itu sunatulloh, dalam bahasa kesetaraan dan kemuliaan perempaun dalam ajaran Islam misalnya sudah sangat dimuliakan dengan berbagai ketentuan syariat yang melindungi dan memproteksi soso lemah lembut ini sehingga benar-benar menjelma sebagai sosok luar biasa di alam macapada ini.
Tapi sekali lagi ini adalah perjalanan sejarah bukan sekedar pemahaman sejarah semata sehingga bagi Indonesia siapapun yang memahaminya kartini baru sebatas simbol seremonila semata belum menjadi ruh kebanggaan kaum hawa yang selayaknya menjaga wibawa dan kehormatan sehingga tidak ada lagi perbudakan bagi kaum perempuan, tidak ada lagi prostitusi yang seolah-olah legal dan tidak ada lagi perempuan yang hanya sekedar pemanis etalasi untuk shawat kaum lelaki semata.
0 comments:
Post a Comment