Sunday, January 25, 2015

Cicak dan Buaya di Mata Presiden Taxi



Menjadi makin menarik dan sungguh mendebarkan merespon informasi yang terus menerus diblow up media nasional regional bahkan sejumlah media asing juga tak mau ketinggalan melansir informasi perseteruan institusi penegak hukum produk reformasi KPK versus Polri yang juga kabarnya telah mereformasi diri semenjak berpisah dari Induk semangnya ABRI ketika itu.

Beberapa kali Presiden Indonesia yang Mulia Bapak Joko Widodo juga angkat biacara terkait persoalan yang menjadi ujian bagi ketegansannya memimpin bangsa ini. Namun pada dua kali penyikapannya itu dua kali pula pernyataan terlontar jika proses hukum harus onyektif dan trasfaran jagan ada yang ditutup tutupi. KPK dan Polri harus segera dapat membuktikan jika keputusan yang mereka ambil dalam penetapan BG dan BW sebagai tersangka benar-benar sikap yang berlandaskan pada hukum demi keadilan bukan karena semata-mata.

Itulah setidaknya gambaran sikap Presiden melalui pernyataanya langsung di Istana Negara. Meski menuai banyak tanya baik dari praktisi penggiat anti korupsi maupun sejumlah pakar dan pengamat yang tiba-tiba memiliki banyak lahan untuk saling berlomba memberi interprestasi terdapat pernyataan dan sikap orang nomor satu di Republik ini.

Ada yang bilang menggantung, ada juga yang bilang tidak tegas ada juga yang bilang menyerahkan sepenuhnya terhadap Presiden sebagai pemegang kewenangan dalam hal kelanjutan nasib kedua institusi tersebut. 

Ceuk si Miun asal ulah dibubarkeun weh.., sebab kedua Institusi besar penegak hukum tersebut adalah warisan sejarah perjalanan bangsa ini dan masih dipandang efektif untuk proses penegakan hukum dalam beberapa dekade kedepan. hanya saja ceuk si Miun ya harus lebih proaktif dan membuat pola dan aturan yang dapat memproteksi kedua Institusi tersebut dalam hal jaminan keamanan ketika mengusut dan menegakan hukum terutama bagi KPK karena gelombag kebencian akan semakin besar sebab Koruptor pasti tidak suka diobok-obok komo dicabok dibui hingga belasan dan puluhan tahun. eraa.. pangpangnamag sebab koruptor kebanyakan jika tidak pejabat atau mantan pejabat negara yang terhormat pasti orang-orang terkemuka dan terpandang dinegara ini...Pokna masa saya sebagai harus menjadi tersangka, terpidana, terdakawa dan dipenjara aduuuh maa kamana siwakwaaww.ayaaa??

Nah kembali pada konteks perseteruan Kedua Institusi yang terlanjur kembali dijuluki sebagai Cecak versus Buaya lanjutan dari perseteruan sebelumnya bahkan ada yang melihat fenomena sebagai siklus tiga tahuna cenah...waduuuh kawas bencana alam wae aya siklus sagala...

Intinya memang harus ada ketegasan dalam penyikapan keduanya terutama dari Presiden Republik Indonesia dan bukan penyikapan dari Presiden Taxi. Segera mengeluarkan kebijakan yang jelas terkait status kedua penyebab terjadinya perseteruan tersebut. 

Pertama terkait nasib Komjen Budi Gunawan (BG) jadi tidak dilantiknya?? sebeb tiba-tiba meyeruak kabar akan dilantik segera?? Woooww...jika jadi kapan waktu dan tempatnya? jika tidak segera beri keputusan terkait nasibnya sebagai calon Kapolri yang hampir jadi sebeb tinggal melantiknya, tapi jangan lupa pertimbangkan juga dampaknya.

Kedua, terkait nasib Bambang Widjojanto (BW) yang juga terlanjur jadi tersangka oleh Bareskrim Polri, kini juga nasibnya makin mengundang kontroversi sebab sedikit besar secara psikologis membuat mental KPK juga jadi guncang, hingga Abraham Samad juga sempat meradang apa gerangan dengan penangkapan dan penetapan BW jadi tersangka..? tanyanya.  Bahkan bukan cuma Samad sebagian besar rakyat penggiat anti korupsi telah bertaruh simpati meminta BW segera di SP 3 kan...nah pertanyaanya apa mungkin? bisa mungkin bisa juga tidak sebeb dijaman SBY pernah terjadi juga menimpa pimpinan KPK saat itu Istana sangat responsif hingga akhirnya konflik segera diakhiri, lalu kini? dengan SP 3 kasusnya ...tah palebah ieumah duka teuing atuh...

Pesoalan berikutnya adalah pertanyaan masyarakat makin membuncah dan akan terus memuncak jangan sampai berujung amarah karena merasa diprovokasi oleh sikap para elit institusi yang mecoba bermain diranah panas diladang tambang gersang ditengah-tengah rakyat yang meradang dan rentan terbawa angin dan terbakar panasnya api konflik para elit.

Jangan biarkan kondisi rakyat yang kerimg kerontang ibarat ranting kering yang mudah terbakar jika ada api menyambar...tah eta anu kudu diwaspadai ceuk si Miun oge...Ke heula ah cape nulisna***    

0 comments:

Post a Comment