Apapun keputusan akhir adalah kewenangan multak yang dimilikinya sebagai kepala negana, kepala pemerintahan, sebagai politisi, sebagai warga negara, sebagai individu cerdas, dan jangan lupa sebagai abdi bangsa yang harus dapat memahami seluruh komponen bangsa, baik yang diklaim diwakili para elit maupun secara luas yang bertaruh harap secara langsung pada kekuasaan yang kini ada dipundaknya.
Memang sebuah keputusan yang sulit meski tidak harus dipandang dilematis karena memang rumusannya begitu semua kebijakan terkait banyak orang banyak pihak, pasti mengandung resiko. Hanya saja semua resiko yang ditimbulkan tentu saja bisa diminimalisir dengan terlebih dahulu mendengarkan masukan dan saran juga keritikan baik yang membangun, menjatuhkan bahkan dari pihak bersangkutan sekalipun memang harus didengar, sebab jika tidak banyak mendengar, maka berhadapan pada resiko yang teramat sangat besar...Kami yakin ini ujian kejujuran dan kepatuhan terhadap hati nurani dan bukan kejujuran dan kepatuhan pada aroma intervensi sebagaimana dituduhkan banyak orang.
Saatnya kini membuktikan jika sebagai pemegang mandat kedaulatan rakyat sudah saatnya menunjukan prinsip-prinsip kemandiarian, ketegasan yang benar-benar mencerminkan sikap berdiri diatas kaki sendiri sebagai simbol dan idola harapan bangsa, jangan ada lagi kata "Boneka", atau simbol tidak berdaya...
Tunjukan jarimu yang lentik saat memberi salam dua jari yang kemudian menjadi salam tiga jari agar tidak berujung salam gigit jari, sebab itu semua lahir dan menjadi jargon-jargon kebanggaan yang harus dapat dipertanggung jawabkan, tentu saja bukan sekedar simbol tapi juga harus dipahami sebagai isyarat bangsa yang memang mendamba kebijakan mumpuni dari pimpinanya.
Meski galaua janga pernah menunjukan kegalauan itu, meski bingun jangan membuat kebingungan yang membuncah dimata rakyatnya, jika belum berani bersikap jangan menunjukan anda buka pemberani, dan jika takut jangan terlihat jika anda penakut...Selamat menjadi pemimpin negeri..!!
0 comments:
Post a Comment