Rupa-rupanya ini memang persoalan klasik bagi Republik kita tercinta, dimana selalu saja dari periode keperiode kepemimpinan yang terjadi, kalau tidak naik turun Harga Bahan Bakar Minyak alis BBM, pasti kenaikan sembako. Ini benar benar persoalan klasik karena selalu datang dan pergi ibarat penumpang angkutan naik dan turun dan itu itu aja isunya.
Nah ini pemandagan berikutnya setelah awal pemerintahan Jokowi dikejutkan dengan harga minyak dunia hingga memicu dan memaska negara harus menyesuaikan harga itu alasannya hinga BBM pun pernah naik dan menjadi bulan-bulanan lawan politik lantaran pernah terlontar kata-kata kampanye Jokowi kalau tidak salah, tidak akan mencabut subsisi BBM yang harus berimbas pada kenaikan harga.
Meski pada akhirnya bargaining posisi tidak lagi kuat menahannya dan naiklah harga BBM hingga belum cukup umur jagung, kembali turun lantaran harga minyak dunia juga turun dibawah batas maksimal sehingga tidak ada alasan harga BBM di Indonesia harus terlampau mahal. Maka turun kembali.
Kini kembali datang tiupan angin cobaan berikutnya dimana, tiba-tiba disaat kampanye ketahanan pangan dihembuskan Presiden Jokowi dari istana, seiring itu pula harga beras merangkak naik hingga menambah kesulitan warga. Takarannya memang seperti tidak begitu berdampak, tapi jangan salah beras masih menjadi bahan makanan pokok bangsa kita sehingga akan memicu pesoalan panjang jika tidak segera dapat mengatasinya. bahkan beberapa pengamat mulai unjuk analisa jika kenaikan harga beras ini juga bisa berimbas atau bedampak politis bagi kelangsungan kepemimpinan Indinesia. sebab jika tidak bisa mengantisipasi segara ini bahayaa...
Kompleksnya lagi, tidak hanya beras yang merangkak naik, namun pelahan tapi mulai terasa bergejolak adalah kelangkaan Gas elpiji subsidi yang ukuran tabung melon atau berat 3 kg, sungguh terlalu tiba-tiba banyak menghilag dipasaran. Dilaporkan dibeberapa darah malah sekalinya ada harganya bertinggi-tingggi, ibarat jatuh dikata, naik-naik kepuncak gunung udah naik digunung susah turun tak mau diturunkan.
Ini juga tidak kalah bahaya, apalagi pelopor peralihan bahan bakar dari minyak tanah beralih ke elpiji adalah pak JK yang kini menjadi orang nomor dua Indonesia, Jika sampai gas ini susah pan kacida orang konseptor dan penggagasnya wapres sendiri masa diera kepemimpinannya malah tidak bisa mengantisipasi.
Ini juga bisa berimbas pada turunnya tingkat kepercayaan publik terhadap eksistensi orang nomor satu dan nomor dua di Republik ini. Sebagai simbol kedaulatan negara, Bapak Presiden dan Wapres memang sedang diuji dalam segalanya dan jika dapat melewatinya mungkin tidak jadi masalah, namun jika sebaliknya tidak mampu mengungguli kendala-kendala ini semua. Adalah sebuah pertanda yang kurang sedap bagi rakyatnya. Segerakan mengantisipasi ini semua agar tidak menjadi malapetaka dikemudian hari...
http://gapuraindonesia.com/#sthash.BhyrWf5R.dpbs
http://gapuraindonesia.com/#sthash.BhyrWf5R.dpbs
0 comments:
Post a Comment