Sunday, February 1, 2015

Pusat Kota, Sampah dan Pedagang Kaki Lima



Problematika Kota dimanapun kini memang memerangi sampah, baik kota berskala besar, sedang maupun kota kecil seperti Garut yang katanya Intan (indah tertib aman nyaman) namun tidak pernah lagi terlihat bersinar melainkan redup dan temaram ditelan keganasan para pemimpinnya dalam dua periode terakhir, semoga tidak termasuk pada periode yang kini memegang mandat kekuasaan.

Harapannya memang sangat sederhana, kota kecil yang semakin mengecil karena pertumbuhan penduduk serta makin sesak dengan aktifitas perekonomian, segera di refresh untuk tertata rapi, terlihat tertib dan bersih saja...Memang kelihatannya memang tidak semudah seperti membalikan teapak tangan, karena lamanya pemerintah di Garut tertidur soal penataan kota sehingga warganya yang hanya sebagian kecil pedagang kaki lima sudah menganggap trotoar da sebagian bahu jalan adalah miliknya tidak perduli menghalangi, tidak masalah dipersalahkan yang penting jualan mudah ramai pembeli dagangan laris (meski itu namanya egois).

Sejumlah pedagang kaki lima memang selalu mencari pembenaran meski dalam hati kecilnya merasa jika berjualan ditrotoar itu melanggar peraturan daerah dan merampas hak pejalan kaki yang pada gilirannya pada pejalan kaki itu sendiri adalah mereka para PKL, namun sayang isi perut mengalahkan segalanya membutakan aturan, menistaan himbauan dan apapun itu bentuknya. Bahkan upaya penertiban sekalipun bakal dilabrak dilawannya tidak jadi soal mau siapapun tidak ada urusan, karena mereka merasa berjualan disembarang lokasi dipusat kota adalah hak mereka juga.

Semrawut, memang iya, tidak tertata sudah jelas kasat mata, semua merumpun menghimpun seperti rumpun bambu yang bergerombol tumbuh subur saling memberi saling menyumbang, yaaa...menyumbang kesemrawutan yang sangat. Siapapun jika menatap pusat kota Garut memang tidak pernah ada kata terlontar indah yang ada memang pertanyaan tersembunyi dalam hati kapan persoalan penataan kota ini selesai.

Liat saja sampahnya, sudah menjadi pemandangan biasa  tumpukan sampah bercecer menghiasi ujung dan pangkal trotoal sepanjang pusat kota, sebab keberadaan petugas kebersihan dengan aktifitas PKL dan penghuni kota lainnya jauh tidak pernah ketemu, yang ada para pemulung pengais sisa-sisa pelastik atau botol air mineral yang mereka pungut sambil meninggalkan sampah lainnya berserakan sebelum petugas kebersihan datang yang juga kadang tidak selesai lantaran tumpukan sampah dengan armada dan upah kerjanya jauh tidak berimbang. Persoalan klasik namun dilain kota bisa , mengapa di Garut tidak?? pertanyaan besar...Keasadaran masyarakat penghuni kota juga memang seperti terhipnotis terbawa apatis sebab wajah pusat kota gitu-gitu aja tidak pernah ada yang berubah, sesak pedagang tak beraturan serta sampah menjejali sudut-sudut kota.

Sangat diapresiasi, program pasangan Bupati dan Wakil Bupati Rudy-Helmi yang katanya akan melakukan penataan kota dengan salah satunya merelokasi PKL dan membersihkan pusat kota agar benar-benar intan. Namun pelaksanaannya memang tidak semudah harapan kita yang menunggu dan menyaksikan, sehingga makin penasaran kapan waktunya PKL ditertibkan, pusat kota terbebas dari sampah dan sejenisnya.

Rada lambat gerakan yang diperankan pemilik kebijakan ini, memamng tidak tahu apa yang menjadi soal, namun pastinya memang butuh waktu dan cara untuk sebuah hasil yang optimal, semoga saja...!!

0 comments:

Post a Comment